AS berjaya menjadi penguasa mata uang dunia bersama tujuh negara lainnya. Sebaliknya, ada beberapa negara yang mata uangnya tergolong tidak berharga. Salah satunya, Indonesia. Sedihnya.
Gelar mata uang paling tidak berharga di dunia, jatuh ke dolar Zimbabwe. Bayangkan saja, per Januari 2010, US$4 setara dengan 2,5 juta dolar Zimbabwe. Bukannya membaik, catatan ini makin parah per April 2010 saat US$1 setara dengan 7,57 dolar Zimbabwe.
Negara Afrika Sub-Sahara ini tadinya kaya. Namun kini menderita akibat super hypeber ultra inflasi. Bank sentral pun dipaksa mengeluarkan pecahan uang hingga sebesar 100 miliar dolar.
Sekali makan, penduduk Zimbabwe harus mengeluarkan uang sebesar 250 miliar dolar. Meski nominalnya besar, namun sungguh tak ada artinya. Mereka kini terbiasa bertransaksi sambil menyebut kata ratusan juta atau miliar dolar Zimbabwe sehari-harinya.
Mata uang Afrika lainnya yang juga tercatat tak berharga adalah Sao Tome Dobra yang nominal 50 ribunya setara dengan US$3,47. Demikian pula francs milik Guinea, dimana 10 ribunya dikurskan menjadi US$2,33.
Iran mengalami nasib serupa sejak diembargo Amerika dan sekutu Baratnya, terkait program nuklir yang dianggap kurang transparan. Nilai tukar 50 ribu real Iran, hanya setara dengan US$5. Perekonomian Iran pun juga mulai goyah, meski Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad berkata sebaliknya.
Di Asia, dong Vietnam juga mengalami hal serupa karena embargo ekspor-impor dari Amerika. Untuk 500 ribu dong, kita bisa menukarnya dengan US$30. Sedangkan rupiah, mengalami kemerosotan ketika krisis moneter Asia pada 1997.
Dalam hitungan bulan, rupiah terdepresiasi hingga 80%. Padahal, mata uang Tanah Air ini pernah mengalami kejayaan dan setara dengan dolar AS pada 1945-1960, masa kepemimpinan Presiden Soekarno. [http://agungnoticias.blogspot.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar