Minggu, Desember 26, 2010

Misteri Kehidupan Semut & Lebah

Dengan melihat ciri-ciri dan bentuk tubuhnya, kita semua tentu mengenal bahwa binatang kecil ini adalah bernama semut, akan tetapi hanya sedikit dari kita yang mengetahui rahasia menakjubkan yang ada di balik kekerdilan tubuhnya. Di dunia modern kita, studi dan penelitian untuk mengetahui kehidupan rumit yang dimiliki oleh binatang mungil bernama semut ini telah banyak dilakukan.

Sebagaimana yang dinukilkan oleh Morris Materlink, baru di Lembaga Insectologi Amerika yang terletak di Washington saja, pembahasan tentang semut ini telah menghabiskan dua ratus ribu jilid kitab, dengan keadaan ini Materlink menulis, apabila manusia dalam seluruh hidupnya mampu meneliti seratus spesies semut, dia tetap tidak akan bisa mengatakan telah mengetahui dan mengenal kehidupan semut, karena jumlah spesis semut yang ada, jauh lebih besar dari angka di atas.

Perkawinan dan Regenerasi Semut

Sebagaimana binatang lainnya, semut juga terdiri dari dua jenis kelamin, jantan dan betina. Kedua jenis dari binatang ini masing-masing memiliki sayap. Ketika musim perkawinan tiba, si jantan akan keluar dari sarang untuk melakukan proses perkawinan dengan si betina. Mereka akan melakukan penerbangan bersama-sama lalu melakukan proses persilangannya di angkasa, yang dari proses ini kemudian akan mengakibatkan kehamilan pada si betina.

Tentunya, dalam perkawinan ini kelezatan seksual yang dirasakan oleh si betina jauh lebih tinggi dari yang dirasakan oleh pasangannya, karena setiap satu semut betina, dalam jangka waktu hanya beberapa saat dari penerbangan ini, dia mampu melakukan hubungan seksual dengan lima hingga enam pejantan.

Sedangkan si jantan, setelah melakukan proses perkawinannya dengan si betina, mungkin karena sedemikian terlarut dalam kenikmatan, dia akan terhuyung-huyung dan mendadak akan terjerembab di atas tanah, dan tak lama setelah itu akan mengucapkan kata perpisahan kepada pasangannya, alias mati.

Sedangkan semut betina yang telah selesai melakukan persilangannya dengan sekian pejantan dan kini telah pula mengalami pembuahan, segera akan menghentikan jam terbangnya untuk mencari tempat persembunyian di tanah atau rerumputan. Pada saat ini dengan sebuah gerakan yang menakjubkan, dia akan memisahkan sayap dari tubuhnya lalu dengan menggunakan antena yang dimilikinya dia akan memulai aktifitasnya untuk membuat lobang di tanah sebagai tempat meletakkan telur-telurnya. Beberapa hari kemudian, setelah melalui serangkaian perubahan yang luar biasa, secara perlahan dari telur-telur ini akan keluar semut-semut kecil sebagai generasi pelanjut.

Tentunya perlu diperhatikan bahwa hanya sebagian dari mereka yang bisa melakukan proses reproduksi dan regenerasi seperti di atas, karena sebagian banyak dari para semut ini tidak memiliki alat genital, dengan demikian mereka tidak pernah bisa menikmati kelezatan seksual sebagaimana yang lainnya. Semut-semut yang tidak memiliki jenis kelamin alias semut-semut banci ini akan membentuk kelompok pekerja, dan umur normal mereka kira-kira bisa mencapai empat tahunan.

Mekanisme Kehidupan Semut

Kehidupan yang dilakukan oleh semut-semut adalah kehidupan yang bercorak sosial dan berkelompok, sehingga sangat tidak mungkin Anda mampu menemukan semut yang mampu melangsungkan kehidupannya secara individual di dalam sebuah sarang.

Di dalam lingkungan kehidupannya ini, semut terbagi menjadi tiga kelompok:

Kelompok pertama adalah semut-semut betina, dengan umur normal antara sepuluh hingga duabelas tahun;

Kelompok kedua adalah semut-semut pekerja yang tidak lain adalah semut-semut banci, dan umur mereka berkisar antara tiga hingga empat tahun;

Kelompok ketiga adalah semut-semut jantan, yang jumlahnya dalam setiap kota tidak pernah lebih dari enam ratus ekor dan umurnya tidak mencapai lebih dari enam minggu.

Para semut menggunakan serpihan-serpihan kayu yang berukuran kecil atau rerumputan untuk konstruksi bangunan kota. Mereka akan meletakkan bahan-bahan tersebut saling bertumpuk, lalu memperkuat bagian-bagian sekitarnya dengan menggunakan tanah atau lumpur, dan setelah bangunan selesai, mereka akan tinggal di dalamnya.

Sebagian dari semut-semut ini memiliki kantong khusus untuk membawa makanan, dan kantong ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lambung mereka. Kantong makanan, yang Morris Materlink menyebutnya sebagai "kantong sosialisasi" ini, tidak hanya berguna bagi pemilik kantong tersebut, melainkan pada kebanyakan waktu penggunaannya diserahkan pula kepada semut-semut lain yang kelaparan.

Ketika hendak menyerahkan kantong makanannya yang berisi cairan makanan kepada semut-semut lain, sang pemilik kantong akan berjalan menuju ke langit-langit sarang lalu menggantung di sana, setelah itu semut yang kelaparan akan mendekati kantong tersebut lalu menikmati apa yang ada di dalam kantong makanan temannya.

Menurut pendapat Morris, sarang semut yang dibangun dalam bentuk sebuah kota yang dipenuhi dengan koridor-koridor panjang ini letaknya berada di kedalaman tanah yang mendekati permukaan bumi. Morris menuliskan bahwa kadangkala kota semut terdiri dari tujuh tingkat dimana setiap tingkatnya digunakan untuk melakukan aktivitas sosial.

Antena pada Semut merupakan Senjata Ampuh

Dalam kehidupan individu maupun sosial para semut, antena memiliki peran yang sangat penting, sehingga bisa dikatakan bahwa kebanyakan dari kebutuhan yang diperlukan oleh binatang ini bisa dipenuhi dan diperoleh dengan menggunakan antena. Untuk semut, antena layaknya sebuah senjata sangat ampuh yang digunakan untuk melawan musuh dalam peperangan. Masing-masing jenis semut memiliki bentuk antena yang berbeda, misalnya sebagian berbentuk jepitan dan sebagiannya berbentuk pedang bermata dua dan sebagiannya lagi seperti gergaji.

Antena juga memiliki banyak ligament (ikatan), dimana masing-masing ligament berguna untuk mencukupi sebagian tertentu dari kebutuhan mereka, antara lain: bagian akhir antenna merupakan pusat indera penciuman, dan karena semut memiliki kemampuan penglihatan yang sangat lemah maka indera penciuman yang dimiliki oleh binatang ini menduduki posisi yang sangat signifikan dalam seluruh kehidupannya.[6]

Bagian dari indera penciuman ini memiliki tujuh ligament, yang masing-masing berguna untuk mencukupi satu kebutuhan pokok dari kehidupan semut. Salah satu dari ligament ini berguna untuk menentukan kawan di antara lawan, yang lainnya berguna untuk menentukan sarang yang dimilikinya dari sarang selainnya, ligament ketiga berguna untuk membedakan antara semut-semut betina dengan semut ratu, yang keempat adalah untuk mengenal para semut pekerja (semut-semut banci), sedangkan ligament kelima adalah untuk membedakan keturunannya sendiri dari keturunan selainnya, keenam untuk menentukan anggota-anggota yang hidup satu sarang dengannya, dan ligament terakhir untuk menentukan jalan yang telah dilewatinya dari sarang hingga ke tempat tujuan, dengan bagian ligament inilah sehingga meskipun seekor semut telah melintasi jarak yang sedemikian jauh dan sedemikian berkelok dari sarang hingga ke tempat tujuannya, dia tetap mampu kembali lagi ke sarangnya melalui jalan yang telah dilewatinya (tanpa tersesat).

Selain itu antena juga merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melakukan komunikasi dan percakapan antara sesama semut. Apabila kita melihat dua ekor semut berhenti sejenak ketika saling bertemu lalu mereka menempelkan antenanya satu sama lain, maka sebenarnya mereka sedang melakukan hubungan komunikasi. Akan tetapi selain antena, semut juga memiliki elemen yang lain untuk melakukan percakapan, dan elemen tersebut mungkin berupa sebuah gelombang, yang hingga kini, rahasianya belum diketahui oleh manusia.

Gudang Perlengkapan

Biji-bijian yang dikumpulkan oleh semut dari berbagai tempat, pada awalnya akan diperiksa oleh petugas khusus yang mengawasi makanan, apabila makanan ini telah rusak atau tidak bisa dipergunakan lagi, maka sang petugas akan memerintahkan kepada para semut pekerja ini untuk membuangnya keluar supaya tidak tersimpan di dalam gudang dan merusak bahan-bahan makanan lainnya, akan tetapi apabila makanan tersebut memiliki kualitas yang bagus dan bisa disimpan, maka bahan makanan tersebut akan diletakkan di dalam gudang penyimpanan khusus yang terbuat dari semen tertentu supaya bisa dipergunakan pada masa depan sewaktu-waktu dibutuhkan, akan tetapi tentang apa yang dilakukan oleh para semut ini (dengan memperhatikan keadaan gudang yang lembab) untuk menghindari supaya biji-bijian tersebut tidak menjadi tunas, hingga kini masih berada dalam misteri dan belum ada satupun yang mampu menguak rahasianya.

Biji-bijian yang telah tersimpan, untuk bisa dimanfaatkan, harus mengalami beberapa proses terlebih dahulu, pada langkah pertama mereka akan menghancurkan bahan tersebut terlebih dahulu kemudian akan mengubahnya menjadi fermentasi, setelah proses ini selesai, maka tindakan selanjutnya adalah mengubah fermentasi tersebut menjadi suatu cairan.

Dan setelah bahan tersebut berubah menjadi cairan, maka bahan makanan tersebut telah siap untuk dikonsumsi. Perlu diketahui bahwa seluruh proses untuk menghaluskan biji-bijian, dari penghancuran bahan, pembuatan fermentasi, hingga proses perubahannya menjadi bahan yang berbentuk cairan, seluruhnya dilakukan dengan menggunakan antena-antena yang mereka miliki.


Kebersihan

Salah satu persoalan penting dalam kehidupan para semut adalah antisipasi yang mereka lakukan secara sempurna untuk menjaga keselamatan tubuh. Tubuh binatang kecil ini dari sisi penciptaannya, terbentuk dari sebuah unsur bernama shitin, yang akan bertindak sebagaimana sebuah perisai tebal yang senantiasa akan menjaga mereka dari segala gangguan.

Kelenjar-kelenjar tubuh semut memiliki bentuk sebagaimana dawai-dawai kabel yang terletak di bangunan basement, sedangkan lambungnya memiliki kualitas tinggi yang mampu mencerna serta mengurai berbagai jenis makanan dalam waktu yang sangat cepat, sementara kotoran besar binatang ini sangat kecil dan sedikit.

Para semut sama sekali tidak pernah terkena penyakit dan mereka senantiasa kuat dalam mengarungi kesulitan hidup terutama ketahanannya dalam menghadapi kematian, karena kekuatan yang dimiliki inilah sehingga mereka mampu tidak mengkonsumsi makanan selama berpuluh-puluh hari.

Kebersihan sarang merupakan persoalan pertama yang mereka perhatikan, begitu sarangnya terkena sedikit kelembaban, maka regu lebersihan akan segera melakukan pembersihan terhadap tubuh seluruh semut dan seluruh sudut-sudut sarang dengan sangat cermat hingga sama sekali tidak terlihat lagi adanya kotoran dan pencemaran.

Inilah sebagian dari mekanisme mendetail dan sekelumit rahasia yang ada dalam penciptaan dan kehidupan serangga mungil bernama semut.


Misteri Lebah Madu

Salah satu dari fenomena alam yang penuh misteri dimiliki pula oleh serangga kecil bernama lebah madu. Serangga kecil mungil nan cantik ini sangat terkenal di kalangan manusia karena keberadaan cairan sangat penting yang dihasilkannya, bernama madu.

Lebah madu merupakan salah satu makhluk dari sebuah hasil penciptaan yang sangat rumit, diselimuti oleh misteri dan memiliki sebuah kehidupan dengan hukum dan mekanisme yang sangat rapi. Meskipun kehidupan mereka telah berada di bawah pengamatan manusia selama beberapa kurun lamanya, akan tetapi penelitian yang hakiki terhadap kehidupan mereka ini baru dimulai pada kurun ke tujuh belas Masehi.


Kota Lebah Madu

Sebagaimana halnya semut, lebah madu pun merupakan jenis hewan yang melakukan kehidupan secara berkelompok. Mereka melakukan kehidupannya berdasarkan prinsip kehidupan perkotaan yang menaati hukum-hukum serta memegang disiplin yang sangat kuat. Serangga-serangga ini hidup di dalam sebuah sarang yang bernama sarang lebah atau terkenal dengan sebutan kota lebah.

Di dalam kota ini bisa ditemukan adanya tiga kelompok lebah: pertama adalah lebah ratu yang merupakan ibu dari seluruh penghuni kota, kedua: lebah jantan yang salah satu di antaranya akan dipilih menjadi suami sang ratu, dan kelompok ketiga adalah lebah pekerja yang seluruhnya terdiri dari lebah-lebah betina, akan tetapi mereka sama sekali tidak pernah melakukan persilangan atau berpasangan dengan lebah-lebah jantan yang ada.

Seluruh kelompok-kelompok lebah ini, hidup bersama-sama secara aman, tentram dan bermasyarakat, di dalam sebuah sarang.

Lebah madu memiliki tiga buah mata yang terletak di permukaan dahi, kesimpulannya, menurut Morris Materlink, dengan adanya ketiga mata yang dimilikinya ini, mereka mampu melihat dunia dengan pandangan yang lebih indah.

Mereka sangat memperhatikan kebersihan yang ada di dalam sarang, sehingga tidak akan pernah ditemukan debu ataupun kerikil-kerikil kecil di dalamnya. Kebanyakan lebah tidak membuang kotoran besarnya di dalam sarang, kecuali lebah-lebah jantan, itupun lebah-lebah pekerja dengan segera akan membersihkannya kembali, lalu melakukan proses pensterilan.

Terdapat pula sekelompok lebah yang bertugas sebagai pengawal yang mengawasi serta mengabsensi seluruh kedatangan dan kepergian para lebah serta mengontrol barang-barang bawaan mereka dari luar.

Ruangan-ruangan yang ada di dalam sarang di dekorasi dengan tatanan interior yang sangat indah dan cermat dengan prinsip-prinsip kearsitekturan yang khas. Ruangan-ruangan ini terbagi dalam empat kelompok: ruangan pertama adalah ruangan sangat luas yang memiliki bentuk mirip buah kastanye (chestnut), ruangan kedua merupakan ruangan-ruangan yang khusus digunakan untuk memelihara dan membina lebah-lebah jantan serta merupakan tempat untuk mengumpulkan persediaan makanan cadangan yang dikumpulkan ketika musim bunga, ruangan ketiga adalah ruangan-ruangan yang digunakan sebagai gudang biasa dan kadangkala digunakan pula untuk menjaga telur-telur lebah, sedangkan ruangan keempat adalah ruangan serba guna yang kelihatan lebih berantakan dari ruangan-ruangan selainnya, karena sebagaimana terlihat dari namanya, ruangan ini digunakan untuk melakukan segala jenis kegiatan dan aktivitas.

Ruangan-ruangan ini dibangun dengan metode yang sangat menarik, dimana hal ini telah dibahas secara panjang lebar oleh Morris Materlink di dalam kitabnya. [alhassanain.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...