Sabtu, Juli 24, 2010

Mengundang Kehadiran Malaikat Ke Rumah



Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Sebab kehadiran mereka di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian ruhani yang mengalir di rumah itu. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.
Diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.
Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu?

Diantaranya adalah :
1. Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud
2. Rumah yang senantiasa bersih
3. Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf yang
senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak


Di bawah ini akan dipaparkan beberapa dalil yang menunjukkan pada hal di atas.
Mengenai orang-orang yang berada dalam majlis dzikir Rasulullah bersabda : “Jika kalian melewati kebun-kebun surga maka mampirlah di tempat itu! Para sahabat berkata, “Apa yang dimaksud dengan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Kelompok manusia yang berdzikir. Karena sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa keliling mencari kelompok manusia yang berdzikir dan jika mereka datang ke tempat mereka malaikat itu dan mengitarinya”, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam buku Al-Adzkar. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda

“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)
Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya.

Sementara itu orang yang membcan Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).
Dengan membaca Al-Quran maka akan turun malaikat rahmat, akan datang kebaikan akan muncul ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Quran maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya telah menjadi kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.

Tentang orang yang rajin menjalin silaturahmi, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki pergi untuk mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain. Maka segera diperintahkan kepada malaikat untuk menemani orang itu. Tatkala malaikat bertemu dengan orang tadi maka dia bertanya : Kemana engkau akan pergi? Lelaki itu menjawab : Aku akan pergi mengunjungi saudara saya di desa itu! Malaikat itu bertanya : Apakah kau memiliki suatu nikmat yang akan kau berikan padanya? Orang itu berkata : Tidak, saya mengunjunginya semata karena saya mencintainya karena Allah! Malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu. Allah telah mencintaimu sebagaimana kau mencintai orang itu” (HR. Muslim)
Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut” (HR. Tirmidzi).
Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”

Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumah-rumah yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.
Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.

Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)" [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]
Ibnu Hajar berkata : "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)". Tetapi, pendapat lain mengatakan : "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.

Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : "Telah terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?" Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. "Kapan anjing ini masuk ?" tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : "Entahlah". Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. "Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: "Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)" [HR. Muslim].

Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing". [HR Muslim]
Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : "Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]

Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi (pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.” (HR Muslim).

Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa ditunda!!

Persiapan Bulan Ramadhan




Abu Umamah ra berkata: “Ya Rasulullahu Saw tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukanku ke syurga.” Beliau menjawab: “Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu.”11 HR. an-Nasa’i
Dalam menyambut bulan Ramadhan, seringkali kita tidak punya persiapan sama sekali. Sehingga ketika datang bulan yang istimewa ini, sikap kita terhadap kedatangan bulan ini adalah seperti bulan-bulan biasa saja. Bahkan kadang-kadang kita menganggap bahwa bulan istimewa ini akan mendatangkan banyak beban. Na’udzubillah min dzalik! Dan seringkali juga kita tidak tahu tentang hukum-hukum syara’ yang terkait dengan bulan Ramadhan. Sehingga kita akan banyak melihat orang Islam yang melanggar hukum-hukum syara’ yang terkait di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu ada beberapa persiapan yang patut dilakukan. Persiapan tersebut guna mendapatkan buah Ramadhan yang mahal dan dapat melakukan amaliyahnya secara optimal dan maksimal. Sehingga bukan saja merasa senang dan gembira dengan datangnya Ramadhan akan tetapi memang sudah dipersiapkan sematang mungkin untuk berlomba-lomba dalam aktifitas kebajikan.
1. Persiapan Nafsiyah

Yang dimaksudkan dengan mempersiapkan nafsiyah adalah menyambut dengan hati
gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada
Allah SWT. Maknawiyah yang siap akan memandang Ramadhan bukan sebagai bulan
penuh beban melainkan bulan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah
dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah SWT.

Persiapan nafsiyah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam upaya
memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. Tazkiyatun nafsi (kesucian jiwa)
akan melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketawakalan dan amalan-amalan hati
lainnya, yang akan menuntun seseorang kepada jenjang ibadah yang berkualitas
dan kuantitas. Dan salah satu cara untuk mempersiapkan jiwa dan spritual untuk
menyambut bulan Ramadhan adalah dengan jalan melatih dan memperbanyak
ibadah-ibadah di bulan-bulan sebelumnya (minimal di bulan Sya'ban), sebagaimana
yang dijelaskan dalam hadits 'Aisyah ra:

"Belum pernah Rasulullah Saw berpuasa (sunnah) di bulan-bulan lain, sebanyak
yang ia lakukan di bulan Sya'ban." [HR. Muslim].

Seorang yang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan tanpa memiliki kesiapan
secara nafsiyah dikhawatirkan puasanya akan menjadi sia-sia sebagaimana hadits
Rasulullah Saw dengan sabdanya. Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda
Rasulullah Saw:
"Berapa banyak orang berpuasa, tidak mendapatkan sesuatu pun dari puasanya
kecuali lapar. Dan berapa banyak orang yang shalat malam, tidak mendapatkan
sesuatu pun dari shalatnya melainkan hanya bergadang." [HR. Ibnu Majah].


2. Persiapan Tsaqafiyah

Untuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara optimal maka diperlukan
pemahaman yang mendalam mengenai fiqh ash-shiyâm. Oleh karena itu persiapan
tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkannya. Dengan
pemahaman fiqh ash-shiyâm yang baik dia akan memahami dengan benar mana
perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat
meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya.

Dari Mu'adz bin Jabal ra:
"Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah
ibadah."

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengomentari hadits diatas, "Orang berilmu
mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang
menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya." Suatu amal perbuatan tanpa
dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya, dan hanya
dengan ilmu kita dapat mengetahui kaifiat berpuasa dan shalat yang benar serta
sesuai dengan syariat Islam.

Jembatan menuju kebenaran adalah ilmu, dan siapa yang menempuh perjalanan
hidupnya dalam rangka menuntut ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya
jalan menuju Surga. Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:

"Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah SWT memudahkan
baginya jalan menuju Surga." [HR. Muslim].

3. Persiapan Jasadiyah

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan
fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya.
Dengan kondisi fisik yang baik dapat melakukan ibadah tersebut tanpa
terlewatkan sedikitpun juga. Karena bila kondisi fisik tidak prima terbuka
peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan
dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan nilai amaliyah Ramadhan
tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.

4. Persiapan Maliyah

Persiapan materi ini bukanlah untuk beli pakaian baru atau bekal perjalanan
pulang kampung atau untuk membeli kue-kue iedul fitri. Akan tetapi untuk infaq,
shadaqah dan zakat. Sebab nilai balasan infaq, shadaqah dan zakat akan dilipat
gandakan sebagaimana kehendak Allah SWT.

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan:
"Rasulullah pernah ditanya, 'Sedekah apakah yang paling utama?' Beliau
menjawab, 'Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan'."12

Oleh karena itu, sebaiknya aktivitas ibadah di Bulan Ramadhan harus lebih
mewarnai hari-hari kita ketimbang aktivitas mencari nafkah atau yang lainnya.
Pada bulan ini setiap Muslim dianjurkan memperbanyak amal kebajikan, shadaqah,
memberi makan, dan lain-lain. Karena itu, seyogyanya dibuat sebuah agenda
maliyah yang memprediksikan pengeluaran dan pendapatan selama bulan Ramadhan.
Dengan jelas posisi keuangan kita dapat melakukan penjadwalan dan
mengalokasikan shadaqah dan infaq serta makanan yang akan kita berikan
sepanjang bulan itu. Karena moment Ramadhan merupakan moment yang paling tepat
dan utama untuk menyalurkan ibadah maliyah kita.

Bulan Ramadhan merupakan bulan muwâsah (bulan santunan). Sangat dianjurkan
memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat
besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada
orang lain yang berpuasa, sekalipun cuma sebuah kurma, seteguk air atau
sesendok nasi.

Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah.
Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah Saw kepada
masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap
benda-benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu 'Abbas ra:

"Nabi Saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada
bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya
al-Qur'an. Jibril menemui setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan
kepadanya al-Qur'an. Rasulullah Saw ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam
kebaikan daripada angin yang berhembus."[HR. Bukhari dan Muslim].13

Santunan dan sikap ini sudah barang tentu tidak dapat dilakukan dengan baik
kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi
yang memadai. Termasuk dalam persiapan maliyah adalah mempersiapkan dana agar
dapat beri'tikaf dengan tenang tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga.
Untuk itu, mesti dicari tabungan dana yang mencukupi kebutuhan di bulan
Ramadhan.

5. Persiapan Ramadhan Untuk Anak Kita

Dalam menyambut bulan Ramadhan, kadangkala kita lupa/tidak pernah mempersiapkan
anak-anak yang masih kecil dan baru akan belajar puasa

Mengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maknanya, sungguh bukan pekerjaan
yang mudah. Keberhasilan mengkondisikan anak, memerlukan persiapan sejak jauh
hari.
Ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, untuk merancang
pola pendidikan terbaik bagi putra-putri kita selama bulan Ramadhan.

5.1. Mengenalkan Ramadhan Lewat Cerita dan Mainan

Salah satu cara untuk mengenalkan Ramadhan kepada anak-anak kita adalah dengan
kita memilih cerita-cerita mengenai kisah-kisah menarik seputar Ramadhan, baik
mengenai sahabat atau Rasulullah yang berjuang di bulan Ramadhan, atau
menggambarkan suasana puasa dan keutamaan bagi yang menjalankannya. Cara lain
adalah dengan mengarang sendiri cerita yang ada hubungan dengan Ramadhan. Ini
bisa dilakukan dengan cara menceritakan pengalaman kita menjalani ibadah puasa
dimassa kecil kita.

Kita juga bisa memperkenalkan Ramadhan dengan mainan juga, dengan cara main
puzzle yang bernuansa Islam, atau cara lain adalah dengan membeli mainan untuk
komputer yang interaktif.

Ini semua bisa kita mulai seminggu atau beberapa hari sebelum datangnya bulan
Ramadhan. Tergantung pada umur anak, kita bisa sekaligus juga mengajak anak
untuk membuat rencana kegiatan selama bulan Ramadhan nanti dan menentukan
target-target yang ingin mereka capai. Kita juga harus memberi harapan bagi
mereka untuk mencapai target-targetnya.

Dengan mengenalkan Ramadhan lewat cerita dan mainan, suasana Ramadhan sudah
terbangun dalam alam pikiran anak. Sehingga ia akan mengharapkan kedatangan
bulan ini dengan penuh semangat dan antusias.

5.2. Membangun Suasana yang Kondusif

Membangun suasan yang kondusif itu penting juga, karena ini akan mempengaruhi
semangat anak. Salah satu cara adalah dengan mengubah penataan rumah. Misalnya
mempersiapkan ruang khusus untuk sholat berjama'ah dan tadarus al-Qur'an. Ajak
anak-anak menghiasi ruang tersebut dengan tulisan-tulisan kaligrafi dan
gambar-gambar Islami. Cara lain adalah dengan mengubah letak permainan, tv,
buku, atau majalah yang bersifat umum, dan diganti dengan majalah atau
buku-buku Islam.

Kamar tidur anak dapat dihias dengan tulisan hadist, ataupun semboyan seputar
puasa atau bulan Ramadhan, yang akan membangkitkan semangat mereka jika nanti
menahan lapar dan haus ketika puasa. Tempelkan juga target dan jadwal kegiatan
yang telah disusun bersama anak, dan persiapkan stiker bintang yang siap
ditempel untuk setiap rencana yang berhasil dicapai oleh anak kita. Kerjakan
bersama anak agar ia termotivasi untuk mendapatkan bintang sebanyak mungkin
sampai akhir Ramadhan. Di samping membangun suasana anggota keluarga, juga agar
selama Ramadhan lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan ibadah.

Kita bisa juga mengkondisikan lingkungan bermain dan kehidupan sehari-hari si
anak dengan menyenangkan sehingga anak akan tertarik untuk mulai turut mencoba.
Misalnya dengan mengundang kawan-kawan dekatnya untuk bersama-sama berbuka
puasa di rumah. Bisa juga sahur bersama, dengan menginap di rumah. Perasaan
senang tanpa tekanan dalam beribadah sangat penting bagi anak-anak. Jika ibadah
merupakan paksaan, di benaknya akan tersimpan secara tak sadar, bahwa ibadah
identik dengan tekanan.

Membiasakan anak melakukan shalat terawih berjama'ah di masjid, bisa
menjadikannya sebagai pengalaman yang tak terlupakan. Tadarrus al-Qur'an dan
mabit (menginap) di mushalla untuk i'tikaf, mengikuti pesantren Ramadhan, ikut
berkeliling kampung membangunkan orang untuk makan sahur, semuanya akan sangat
menarik karena hanya ada dalam bulan Ramadhan.

5.3. Penyusunan Menu Makanan yang Bergizi

Ibu dapat mulai menyusun menu dengan gizi yang seimbang untuk anak yang puasa.
Juga mulai melatih pola makan dari 3 kali sehari menjadi 2 kali saja. Bila
dilihat dari pola kebiasaan makan, berpuasa sebetulnya hanya memindahkan jam,
atau mengurangi satu kali waktu makan saja. Bila biasanya makan 3 kali sehari,
menjadi 2 kali, yaitu waktu sahur dan waktu berbuka puasa.

Penyusunan menu ini untuk menghindari terjadinya kekurangan zat gizi pada anak.
Kecukupan gizi pada anak akan terpenuhi apabila saat berbuka dan makan sahur
mereka mengkonsumsi makanan yang beragam dalam jumlah yang cukup.

5.4. Bersahur Bersama Keluarga

Bila esok mulai berpuasa, berarti malam sebelumnya kita akan melaksanakan
sholat terawih dan sahur. Melatih anak-anak untuk berpuasa dapat dimulai dengan
belajar bangun malam untuk makan sahur bersama.

Untuk menarik minat anak, siapkan menu makanan kegemarannya dan buat suasana
sahur menyenangkan baginya sehingga tidak merasa berat bangun tengah malam.
Biarkan anak makan di akhir waktu sahur. Awal puasa, biarkan mereka coba dulu
puasa hanya setengah hari. Ia akan berbuka pada tengah hari karena masih
latihan. Dengan cara latihan yang bertahap seperti itu, si anak tidak merasa
berat lagi untuk melakukan puasa.


5.5. Khatimah

Banyak sekali manfaat yang kita bisa ambil dengan anak-anak berpuasa. Misalnya
dari sisi kesehatan, ibadah puasa memberikan istirahat pada organ-organ
pencernaan tubuh, termasuk sistim enzim dan hormonal, yang kemudian akan
bekerja kembali dengan lebih sempurna.

Selain itu anak-anak yang mencoba untuk ikut berpuasa, sesungguhnya sedang
dilatih untuk berdisiplin. Berdisiplin untuk bangun sahur pada malam hari,
makan tepat waktu berbuka dan menahan nafsu. Termasuk sebagai latihan untuk
taat pada perintah agama.

Latihan ini bukan hanya pada menahan lapar saja, tetapi lebih penting pada
esensi berpuasa itu sendiri. Karenanya, bila memang belum waktunya anak puasa
penuh, biarlah mereka berbuka di tengah hari. Termasuk dalam mendidik si kecil
dalam hal puasa.

Pembiasaan puasa juga bisa mendidik anak-anak untuk jujur, misalnya mereka
tetap berpuasa sekalipun teman-temannya di sekolah tidak. Kalaupun karena tidak
kuat menahan lapar atau godaan teman ia terpaksa berbuka di luar rumah, anak
juga bisa diajar untuk berterus-terang, bukan berbohong dan malu mengakui
kesalahannya. Ini bisa dengan cara kita tidak marah sama mereka jika mereka
berbuka karena tidak kuat atau karena godaan.

Catatan Kaki :
11 HR. an-Nasa’i 4/165, Ibnu Hibban hal. 232 Mawarid), al-Hakim 1/421, sanadnya shahih.
12 HR. at-Tirmidzi kitab Zakat: 599, al-Baihaqi, Ibnu Khuzaimah. Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits ini gharib”.
13 Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dengan tambahan: “Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya.”
Persiapan dari segi rohani dan jasmani Yaitu:
1.Mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan puasa agar kita memasuki dan menjalani amalan puasa ini dengan pengetahuan dan yang baru dengan pedoman-pedoman yang baik serta pengalaman-pelangalaman yang baru dan sempurna. Pelajaran-pelajaran itu hendaklah yang berhubungan dengan rukun, syarat sah, syarat membatalkan puasa, hal - hal sunah, makruh, waktu berpuasa dan hikmah yang terkandung dari ibadah puasa yang merupakan ibadah yang istimewa in
2. Membuat persiapan dari segi Rohani rasa hati dan ketenangan jiwa dalam menghadapi bulan puasa sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat . 3. Memperbanyak doa semoga Allah memberikan kesehatan, tenaga, kelapangan dan kesempatan mengerjakan puasa dan mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayahNya supaya kita dapat menunaikan puasa dengan hati yang jujur, tulus ikhlas dijauhi dari ria, ujub dan dari segala penyakit hati yang menghilangkan pahala puasa
4. Menguatkan semangat untuk melaksanakan Puasa yang akan kita jalani sepanjang bulan ini dengan sempurna agar kita memperoleh kesan yang dimaksudkan yaitu peningkatan ketaqwaan kita kepada Allah s.w.t.
Bulan puasa itu merupakan bulan latihan berjihad memerangi hawa nafsu yang loba dan tamak. Bulan puasa adalah bulan bercocok tanam untuk akhirat, bulan menghasilkan bekal untuk hari kemudian, bulan membersihkan dan mencuci diri dari berbagai dosa dan noda serta menghias diri dengan budi yang tinggi dan pekerti yang luhur. Maka hendaklah kita mempersiapkan diri kita dalam melaksanakan hak puasa dengan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang baik dengan sepenuh hati, jujur dan ikhlas semata-mata karena Allah.
Kita hendaklah berusaha mempersiapkan diri untuk menjaga amal yang kita tanam di bulan Ramadhan itu karena seorang yang menanam benih jika tidak menjaga, menyiram serta memelihara pasti tidak akan memperoleh hasil yang baik apabila datang masa menuai tegasnya sewaktu berhadapan dengan Allah s.w.t.Kita hendaklah menghilangkan kebiasan-kebiasan yang memberatkan dan merugikan diri kita seperti berbelanja berlebihan, boros, membuang waktu dan berbuat yang tidak mendatangkan faedah karena hal-hal tersebut adalah bertentangan dengan hikmah berpuasa. Sebaliknya hendaklah kita menyambut bulan puasa dengan memperbanyak ibadah siang atau malam hari.
Merasa gembira atas kedatangan bulan Ramadhan .Diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasai dari Abi hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. senantiasa menggembirakan para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang membawa rahmat serta nikmat yang tak terhingga kepada mereka yang berpuasa, bulan melebur dosa dan memerdekakan hambanya dari azab api neraka.
Rasulullah s.a.w. menggembirakan para sahabatnya dengan sabda baginda: artinya: Sesungguhnya akan datang kepada kamu bulan Ramadhan bulan yang diberkati, Allah mewajibkan kamu berpuasa di dalamnya. Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu syurga, dikunci semua pintu neraka, dibelenggu semua syaitan. Di malamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikan pada malam itu berartilah diharamkan baginya segala kebaikan untuk dirinya.
Terkadang-kadang Rasulullah s.a.w. mengucapkan kepada para Sahabat ucapan yang artinya: Telah datang kepada mu bulan Ramadhan Penghulu segala bulan , maka selamat datanglah kamu kepadaNya. Maka telah datang bulan puasa membawa segala macam keberkahan. Oleh karena itu muliakanlah tamu yang datang itu dengan kebaikan. Dari hadis-hadis di atas dapat kita ambil kesimpulan:-
Bahwasanya bulan Ramadhan adalah bulan istimewa bulan yang penuh dengan keberkahan dan rahmat dari Allah s.w.t. Sewajarnyalah setiap muslim mengambil kesempatan dari datangnya bulan Ramadhan Al Mubarak ini dengan memperbanyak amal-amal soleh disiang hari atau dimalamnya.Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan maka setiap orang yang menerima kedatangan bulan Ramadhan ini hendaklah membuat persiapan yang sekucupnya dari segi jasmani dan rohani.

Jumat, Juli 23, 2010

"HARI JUM'AT ITU ISTIMEWA"


Artikel kali ini, akan menguraikan beberapa keutamaan-keutamaan serta amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari jum’at. Semoga dengan kita memahami keutamaannya, kita bisa lebih bersemangat untuk memaksimalkan dalam melaksanakan amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari itu, dan agar bisa meraih keutamaan-keutamaan tersebut.

Keutamaan Hari Jum’at

1. Hari paling utama di dunia

Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:

Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
Hari akan terjadinya kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)

2. Hari bagi kaum muslimin

Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umt Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa dan nasehat-nasehat, serta do’a.

Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyesatkan orang-orang sebelum kami pada hari jum’at, Yahudi pada hari sabtu, dan Nasrani pada hari ahad, kemudian Allah mendatangkan kami dan memberi petunjuk pada hari jum’at, mereka umat sebelum kami akan menjadi pengikut pada hari kiamat, kami adalah yang terakhir dari penghuni dunia ini dan yang pertama pada hari kiamat yang akan dihakimi sebelum umat yang lain.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

3. Hari yang paling mulia dan merupakan penghulu dari hari-hari

Dari Abu Lubabah bin Ibnu Mundzir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hari jum’at adalah penghulu hari-hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari jum’at ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari jum’at terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari jum’at juga Adam dimatikan, di hari jum’at terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari jum’at pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari jum’at.” (HR. Ahmad)

4. Waktu yang mustajab untuk berdo’a

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari jum’at lalu beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari Muslim)

Namun mengenai penentuan waktu, para ulama berselisih pendapat. Diantara pendapat-pendapat tersebut ada 2 pendapat yang paling kuat:

a. Waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat jum’at

Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.’” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat di atas. Sedangkan Imam As-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud adalah ketika shalat didirikan.

b. Batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘ashar

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslimpun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.” (HR. Abu Dawud)

Dan yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau mengatakn bahwa, “Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi salaf dan banyak sekali hadits-hadits mengenainya.”

5. Dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya

Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)

Amalan-Amalan yang Disyari’atkan pada Hari Jum’at

1. Memperbanyak shalawat

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari jum’at karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari jum’at, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)

2. Membaca surat Al Kahfi

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua jum’at.” (HR. Al Hakim dan Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

3. Memperbanyak do’a (HR Abu Daud poin 4b.)

4. Amalan-amalan shalat jum’at (wajib bagi laki-laki)

Mandi, bersiwak, dan memakai wangi-wangian.
Berpagi-pagi menuju tempat shalat jum’at.
Diam mendengarkan khatib berkhutbah.
Memakai pakaian yang terbaik.
Melakukan shalat sunnah selama imam belum naik ke atas mimbar.
Saudariku, setelah membaca artikel tersebut semoga kita bisa mendapat manfaat yang lebih besar dengan menambah amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan. Sungguh begitu banyak jalan agar kita bisa meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan kita di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

Rabu, Juli 21, 2010

“ MAHKOTA IBLIS “


Alkisah, pada suatu ketika iblis berkehendak akan mengerahkan semua bala tentara yang dimilikinya ke seluruh pelosok dunia. Kemudian di depan segenap balatentaranya itu iblis berkata : “ Wahai para balatentaraku, barangsiapa yang lebih besar fitnahnya maka itulah yang terdekat denganku serta yang paling tinggi derajatnya dihadapanku. Oleh sebab itu, pergilah kalian kepada semua manusia, sebarkanlah fitnah sebesar-besarnya atas diri mereka. Dan, barangsiapa diantara kalian ada yang bisa menyebarkan fitnah yang sedemikian besar sehingga fitnahnya itu mampu menyesatkan seorang Muslim, maka aku akan berikan ‘mahkota’ di atas kepalanya “.

Segera saja berbondong-bondong balatentara iblis itu pergi menjalankan perintah tuannya, iblis si raja kejahatan dan kemaksiatan. Sejurus kemudian, salah satu dari bala tentaranya itu datang kepadanya dan berkata : “ Saya telah berhasil mengganggu hubungan antara seorang Muslim dengan Muslim yang lainnya, sehingga hubungan diantara mereka berdua menjadi terputus “. Iblis segera menukasnya : “ Itu masih bukan apa-apa, karena mungkin mereka berdua masih bisa berdamai lagi “.

Selanjutnya, salah satu yang lainnya dari bala tentaranya datang menyusul dan melaporkan hasil kerjanya : “ Saya telah berhasil menggoda seorang Muslim sehingga dia menceraikan istrinya “. Iblis segera menjawabnya : “ Itu belum seberapa, karena mungkin dia akan segera rujuk kembali atau menikah lagi “.

Tak lama kemudian, salah satu dari sekian banyak balatentaranya itu datang menghadap kepada iblis dan selanjutnya dengan penuh kebanggaan melaporkan hasil kerjanya kepada iblis : “ Saya telah menyebarkan sesuatu fitnah ditengah-tengah manusia, sehingga dengan fitnah itu menjadikan mereka dan termasuk pula orang Muslim menjadi tergoda untuk melakukan perbuatan zina “.

Mendengar hal itu, maka iblis pun tertawa dengan sangat gembira. Selanjutnya ia berkata dengan penuh kegembiraan : “ Sungguh hebat usahamu, dan itulah yang aku harapkan. Terimalah mahkota ini untukmu”. Kemudian iblis pun memahkotai kepala dari salah satu balatentaranya itu dengan mahkota yang menunjukkan ketinggian derajat dirinya dihadapan iblis laknatullah.

Salah satu hikmah yang terkandung dari kisah tersebut diatas adalah perbuatan zina merupakan salah satu perbuatan yang sangat diinginkan iblis agar dilakukan oleh manusia. Kemudian, menyebarnya suatu fitnah diantara manusia -dimana fitnah itu dapat mengakibatkan manusia mendekat kepada perbuatan zina dan dapat menggoda manusia untuk melakukan perbuatan zina- merupakan suatu fitnah keji yang sangat diinginkan oleh iblis agar tersebar ditengah kehidupan manusia. Dan, menyebarkan fitnah keji seperti itu merupakan perbuatan yang sangat tinggi derajat kejahatannya, sehingga iblis dengan suka cita akan menghadiahkan mahkotanya.

Berkenaan dengan perbuatan zina ini, kitab suci Al-Qur’an telah dengan jelas memberikan peringatan yang keras kepada umat manusia. Allah SWT berfirman : “ Dan, janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “ (QS. Al-Isra’ : 32).

Allah SWT dalam firman-Nya dengan jelas menyebutkan ‘zina sebagai perbuatan yang keji dan buruk’, serta dengan jelas memperingatkan hamba-Nya agar ‘tidak mendekati zina’. Di ayat ini secara tegas Allah SWT tidak hanya melarang perbuatan zina, dan bahkan juga melarang manusia mendekat kepada sesuatu keadaan yang mendekati zina.

Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, juga telah dengan jelas menerangkan dan menegaskan bahwa memandang, mendengar, berkata-kata, berkeinginan, berangan-angan, demikian pula termasuk dengan gerakan tangan dan kaki serta segala perbuatan lain yang dapat mendorong seseorang untuk mendekati zina, bahkan digolongkan sebagai perbuatan zina.

Rasulullah SAW bersabda : “ Telah digariskan bagi manusia nasibnya dari zina dan dibenarkan oleh manusia itu sendiri, yaitu dua mata zinanya memandang, dua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya berkata-kata, tangan zinanya meraba, kaki zinanya melangkah, dan hati zinanya berkeinginan serta berangan-angan. Dan, yang demikian itu dibenarkan (disetujui) oleh farjinya atau didustakannya “.

Begitu besar bahaya yang ditimbulkan dari zina ini bagi kehidupan umat manusia di alam dunia yang fana ini, serta kehidupannya yang kekal abadi di alam akhirat kelak. Nafkah dan harta yang diperoleh dari segala hal dan segala aktivitas yang berhubungan serta berkait dengan perbuatan zina maupun yang mendekatkan manusia kepada perbuatan zina, akan tercemar menjadi harta yang haram. Bukan hanya pemilik harta haram itu saja yang akan menerima akibatnya, bahkan mereka yang dinafkahi dari barang yang haram itu akan ikut pula terseret ke kehidupan yang penuh dengan derita dan siksaan di neraka jahanam.

Imam Ahmad meriwayatkan suatu hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Setiap badan yang tumbuh dari barang haram, maka ‘neraka’-lah tempatnya “.

Berkait dengan paparan tersebut diatas, ‘pornografi dan pornoaksi’ yang saat ini merebak ditengah kehidupan masyarakat, dapat dikategorikan sebagai merebaknya suatu fitnah keji yang dapat mengantar manusia pada suatu keadaan yang mendekati zina dan bahkan dapat menggoda serta menggelincirkan manusia untuk melakukan perbuatan zina. Dimana iblis sangat menginginkan tersebarnya fitnah keji itu terjadi di tengah kehidupan umat manusia.

Sehingga pada hakikatnya, segala perbuatan yang secara langsung maupun secara tidak langsung beresensi ikut mendukung langgengnya kehadiran ‘pornografi dan pornoaksi’ ditengah perikehidupan bermasyarakat, merupakan suatu perbuatan yang derajat kejahatannya sungguh tak terkira tingginya. Dan, sudah selayaknya pula jika kemudian si raja kejahatan dan kemaksiatan -iblis laknatullah- dengan penuh rasa suka cita akan memberikan mahkota di atas kepalanya.

Akhirulkalam, inginkah kepala kita ini dihiasi dengan mahkota iblis ?. Dan, inginkah neraka jahanam sebagai tempat tinggal yang abadi bagi kita beserta dengan segenap anggota keluarga kita ?. A’udzubillahimindzaliq.

Wallahu’alambishawab.

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak


Waktu itu, dini hari, di sebuah rumah sederhana. Rahman dan isterinya terbangun karena mendengar derak pintu terbuka. Dipasangnya telinganya tajam-tajam. Mereka yakin suara itu berasal dari kamar anaknya, yang berusia tujuh tahun. Langkah-langkah kecil, terdengar seperti berjingkat-jingkat, bergerak menuju satu-satunya kamar mandi di rumah itu. Mereka mendengar suara air mengalir yang disusul dengan suara gerakan membasuh. Langkah-langkah kecil itu kembali ke kamarnya. Walaupun sayup,karena dinihari yang hening, mereka mendengar suara bacaan Al-Quran. Anak itu rupanya sedang melakukan salat malam. Tiba-tiba keduanya merasakan air mata hangat membasahi pipinya.

Kisah ini disampaikan kepada saya oleh Pak Rahman, ketika saya masih menjadi guru mengaji anak-anak di kampung tempat tinggal saya. Karena kejadian itu, kedua orang tua itu mulai melakukan salat dan meninggalkan perjudian populer-lotto. Ini terjadi kira-kira tiga puluh tahun yang lalu. Saya mendengar kejadian lain yang hampir mirip dengan itu dua atau tiga tahun tahun yang lalu.

Kali ini, saya menjadi direktur SMU (Plus) Muthahhari. Seorang ibu, orangtua murid yang baru lulus, datang dari Banten. Ia meminta bantuan saya untuk mengirim Rahmat ke Jerman. Ia sudah meyakinkan anaknya bahwa ia tidak akan mampu untuk membiayainya. Tetapi anaknya berulang-kali meyakinkan orangtuanya, bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan. Ditengah-tengah pembicaraan, ibu itu bercerita tentang perubahan perilaku anaknya setelah masuk sekolah kami. Waktu pulang kampung, ia banyak menaruh perhatian pada tetangga-tetangganya yang miskin. Menjelang Lebaran, seperti biasanya, ibu itu memberi anaknya uang untuk membeli pakaian baru. Rahmat menerima uang itu seraya minta izin untuk memberikannya pada tukang becak tetangganya. "Uang ini jauh lebih berharga bagi dia ketimbang saya, Bu," kata Rahmat.

Ibunya bercerita sambil meneteskan air mata. Kedua kisah nyata di atas menyajikan contoh anak yang cerdas secara spiritual. Keduanya terjadi jauh sebelum konsep kecerdasan spiritual ramai diperbincangkan. Karena saya tidak ingin bertele-tele mendiskusikan apa yang disebut SQ, dan hanya untuk menyamakan pengertian SQ, saya akan mengutip lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons, The Psychology of Ultimate Concerns:
(1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material;
(2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak;
(3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari;
(4)kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah; dan kemampuan untuk berbuat baik.

Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual. Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan material. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan alat-alat indrianya. Anak Pak Rahman pada kisah pertama memiliki kedua ciri ini, terutama ketika ia menyampaikan doa-doa personalnya dalam salat malamnya.

Sanktifikasi pengalaman sehari-hari, ciri yang ketiga, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Konon, pada abad pertengahan seorang musafir bertemu dengan dua orang pekerja yang sedang mengangkut batu-bata. Salah seorang di antara mereka bekerja dengan muka cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Kawannya justru bekerja dengan ceria, gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan pertanyaan yang sama, "Apa yang sedang Anda kerjakan? "Yang cemberut menjawab, "Saya sedang menumpuk batu." Yang ceria berkata, "Saya sedang membangun katedral!" Yang kedua telah mengangkat pekerjaan "menumpuk bata" pada dataran makna yang lebih luhur. Ia telah melakukan sanktifikasi.

Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual -seperti teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci- untuk memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi. Ketika Rahmat diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman, "Orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-jalan Kami"? Bukankah Heinrich Heine memberikan inspirasi dengan kalimatnya "Den Menschen machtseiner Wille gro=DF und klein"? Rahmat memiliki karakteristik yang ke empat. Tetapi Rahmat juga menampakkan karakteristik yang ke lima memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan. "The fifth and final component of spiritual intelligence refers to the capacity to engage invirtuous behavior: to show forgiveness, to express gratitude, to be humble, to display compassion and wisdom," tulis Emmons. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terimakasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristikterakhir ini mungkin disimpulkan dalam sabda nabi Muhammad saw, "Amal paling utama ialah engkau masukkan rasa bahagia pada sesama manusia."

Kiat-kiat mengembangkan SQ anak Dengan pengertian di atas, berikut ini saya sampaikan secara singkat kiat-kiat untuk mengembangkan SQ anak-anak kita.
(1) Jadilah kita "gembala spiritual" yang baik,
(2) bantulah anak untuk merumuskan "missi" hidupnya,
(3) baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,
(4) ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual,
(5) diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,
(6) libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan,
(7) bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional,
(8) bawa anak untuk menikmati keindahan alam,
(9) bawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita, dan
(10) ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial.

1. Jadilah gembala spiritual. Orang tua atau guru yang bermaksud mengembangkan SQ anak haruslah seseorang yang sudah mengalami kesadaran spiritual juga. Ia sudah "mengakses" sumber-sumber spiritual untuk mengembangkan dirinya. Seperti disebutkan di atas -yakni karakteristik orang yang cerdas secara spiritual, ia harus dapat merasakan kehadiran dan peranan Tuhan dalam hidupnya. "Spiritual intelligence is the faculty of our non-material dimension- the human soul," kata Khalil Khavari. Ia harus sudah menemukan makna hidupnya dan mengalami hidup yang bermakna. Ia tampak pada orang-orang di sekitarnya sebagai "orang yang berjalan dengan membawa cahaya." (Al-Quran 6:122). Ia tahu ke mana ia harus mengarahkan bahteranya.

Ia pun menunjukkan tetap bahagia di tengah taufan dan badai yang melandanya. "Spiritual intelligence empowers us to be happy in spite of circumstances and not because of them," masih kata Khavari. Bayangkalah masa kecil kita dahulu. Betapa banyaknya perilaku kita terilhami oleh orang-orang yang sekarang kita kenal sebagai orang yang berSQ tinggi. Dan orang-orang itu boleh jadi orang-tua kita, atau guru kita, atau orang-orang kecil di sekitar kita.

2. Rumuskan missi hidup. Nyatakan kepada anak bahwa ada berbagai tingkat tujuan, mulai dari tujuan paling dekat sampai tujuan paling jauh, tujuan akhir kita. Kepada saya datang seorang anak muda dari indonesia bagian timur. Ia meminta bantuan saya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi swasta, setelah gagal di UMPTN. Ia tidak punya apa pun kecuali kemauan. Sayang, ia belum bisa merumuskan keinginannya dalam kerangka missi yang luhur. Berikut ini adalah cuplikan percakapan kami:

* Saya ingin belajar, Pak
* Untuk apa kamu belajar?
* Saya ingin mendapat pekerjaan.
* Jika belajar itu hanya untuk dapat pekerjaan, saya beri kamu pekerjaan.
* Tinggallah di rumahku. Cuci mobilku, dan saya bayar.
* Saya ingin belajar, Pak
* Untuk apa kamu belajar?
* Saya ingin mendapat pengetahuan
* Jika tujuan kamu hanya untuk memperoleh pengetahuan, tinggallah bersamaku. Saya wajibkan kamu setiap hari untuk membaca buku. Kita lebih banyak memperoleh pengetahuan dari buku ketimbang sekolah.
* Tetapi saya ingin masuk sekolah.
* Untuk apa kamu masuk sekolah?
* Saya bingung, Pak.

Saya sebenarnya ingin mengarahkan dia untuk memahami tujuan luhur dia. Dengan menggunakan teknik "what then, se=F1or" dalam anekdot Danah Zohar,kita dapat membantu anak untuk menemukan missinya. Jika kamu sudah sekolah, kamu mau apa? Aku mau jadi orang pintar. Jika sudah pintar, mau apa, what then? Dengan kepintaranku, aku akan memperoleh pekerjaan yang bagus. Jika sudah dapat pekerjaan, mau apa? Aku akan punya duit banyak.Jika sudah punya duit banyak, mau apa? Aku ingin bantu orang miskin, yang di negeri kita sudah tidak terhitung jumlahnya. Sampai di sini, kita sudah membantu anak untuk menemukan tujuan hidupnya.

3. Baca Kitab Suci. Setiap agama pasti punya kitab suci. Begitu keterangan guru-guru kita. Tetapi tidak setiap orang menyediakan waktu khusus untuk memperbincangkan kitab suci dengan anak-anaknya. Di antara pemikir besar Islam, yang memasukkan kembali dimensi ruhaniah ke dalam khazanah pemikiran Islam, adalah Dari Muhammad Iqbal. Walaupun ia dibesarkan dalam tradisi intelektual barat, ia melakukan pengembaraan ruhaniah bersama Jalaluddin Rumi dan tokoh-tokoh sufi lainnya. Boleh jadi, yang membawa Iqbal ke situ adalah pengalaman masa kecilnya. Setiap selesai salat Subuh, ia membaca Al-Quran. Pada suatu hari, bapaknya berkata, "Bacalah Al-Quran seakan-akan ia diturunkan untukmu!" Setelah itu, kata Iqbal, "aku merasakan Al-Quran seakan-akan berbicara kepadaku."

4. Ceritakan kisah-kisah agung. Anak-anak, bahkan orang dewasa, sangat terpengaruh dengan cerita. "Manusia," kata Gerbner, "adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayainya." Para Nabi mengajar umatnya dengan parabel atau kisah perumpamaan. Para sufi seperti Al-'Attar, Rumi, Sa'di mengajarkan kearifan perenial dengan cerita. Sekarang Jack Canfield memberikan inspirasi pada jutaan orang melalui Chicken Soup-nya. Kita tidak akan kekurangan cerita luhur, bila kita bersedia menerima cerita itu dari semua sumber. Saya senang berdiskusi dengan anak-anak saya bukan hanya kisah-kisah Islam saja, juga cerita-cerita dalam Alkitab, kisah-kisah dari Cina dan India, mitologi Yunani, dongeng-dongeng dari berbagai tempat di tanah air, sejak kisah-kisah pewayangan di Jawa sampai dongeng-dongeng dari Maluku. Begitu pula, saya membaca cerita-cerita Andersen, fabel-fabelnya Jean de la Fontaine, sampai Crayon Sin Chan. Saya selalu menemukan pelajaran berharga di dalamnya. Saya bagikan pelajaran itu pada anak-anak saya, yang dilahirkan baik oleh isteri saya, maupun oleh isteri-isteri orang lain (misalnya, yang saya ajar di sekolah saya).

5. Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah. Melihat dari perspektif ruhaniah artinya memberikan makna dengan merujuk pada Rencana Agung Ilahi (Divine Grand Design). Mengapa hidup kita menderita? Kita sedang diuji Tuhan. Dengan mengutip Rumi secara bebas, katakan kepada anak kita bahwa bunga mawar di taman bunga hanya merkah setelah langit menangis. Anak kecil tahu bahwa ia hanya akan memperoleh air susu dari dada ibunya setelah menangis. Penderitaan adalah cara Tuhan untuk membuat kita menangis. Menangislah supaya Sang Perawat Agung memberikan susu keabadian kepadamu. Mengapa kita bahagia? Perhatikan bagaimana Tuhan selalu mengasihi kita, berkhidmat melayani keperluan kita, bahkan jauh sebelum kita dapat menyebut asma-Nya

6. Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Kegiatan agama adalah cara praktis untuk "tune in" dengan Sumber dari Segala Kekuatan. Ambillah bola lampu listrik di rumah Anda. Bahaslah bentuknya, strukturnya, komponen-komponennya, kekutan cahayanya, voltasenya, dan sebagainya. Anda pasti menggunakan sains. Kegiatan agama adalah kabel yang menghubungkan bola lampu itu dengan sumber cahaya. Sembahyang, dalam bentuk apa pun, mengangkat manusia dari pengalaman fisikal dan material ke pengalaman spiritual. Untuk itu, kegiatan keagamaan tidak boleh dilakukan dengan terlalu banyak menekankan hal-hal yang formal. Berikan kepada anak-anak kita makna batiniah dari setiap ritus yang kita lakukan. Sembahyang bukan sekedar kewajiban. Sembahyang adalah kehormatan untuk menghadap Dia yang Mahakasih dan Mahasayang!

7. Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional. Seperti kita sebutkan di atas, manusia mempunyai dua fakultas, fakultas untuk mencerap hal-hal material dan fakultas untuk mencerap hal-hal spiritual. Kita punya mata lahir dan mata batin. Ketika kita berkata "masakan ini pahit", kita sedang menggunakan indra lahiriah kita. Tetapi ketika kita berkata "keputusan ini pahit", kita sedang menggunakan indra batiniah kita. Empati, cinta, kedamaian, keindahan hanya dapat dicerap dengan fakultas spiritual kita (Ini yang kita sebut sbg SQ). SQ harus dilatih. Salah satu cara melatih SQ ialah menyanyikan lagu-lagu ruhaniah atau membacakan puisi-puisi. Jika Plato berkata "pada sentuhan cinta semua orang menjadi pujangga", kita dapat berkata "pada sentuhan puisi semua orang menjadi pecinta."

8. Bawa anak untuk menikmati keindahan alam. Teknologi moderen dan kehidupan urban membuat kita teralienasi dari alam. Kita tidak akrab lagi dengan alam. Setiap hari kita berhubungan dengan alam yang sudah dicemari, dimanipulasi, dirusak. Alam tampak di depan kita sebagai musuh setelah kita memusuhinya. Bawalah anak-anak kita kepada alam yang relatif belum banyak tercemari. Ajak mereka naik ke puncak gunung. Rasakan udara yang segar dan sejuk. Dengarkan burung-burung yang berkicau dengan bebas. Hirup wewangian alami. Ajak mereka ke pantai. Rasakan angin yang menerpa tubuh. Celupkan kaki kita dan biarkan ombak kecil mengelus-elus jemarinya. Dan seterusnya. Kita harus menyediakan waktu khusus bersama mereka untuk menikmati ciptaan Tuhan, setelah setiap hari kita dipengapkan oleh ciptaan kita sendiri.

9. Bawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita. Nabi Musa pernah berjumpadengan Tuhan di Bukit Sinai. Setelah ia kembali ke kaumnya, ia merindukan pertemuan dengan Dia bermunajat, "Tuhanku, di mana bisa kutemui Engkau." Tuhan berfirman, "Temuilah aku di tengah-tengah orang-orang yang hancur hatinya." Di sekolah kami ada program yang kami sebut sebagai "spiritual camping". Kami bawa anak-anak ke daerah pedesaan, di mana alam relatif belum terjamah oleh teknologi. Malam hari, mereka mengisi waktunya dengan beribadat dan tafakkur. Siang hari mereka melakukan action research, untuk mencari dan meneliti kehidupan orang yang paling miskin disekitar itu. Seringkali, ketika mereka melaporkan hasil penelitian itu, mereka menangis. Secara serentak, mereka menyisihkan uang mereka untukmemberkan bantuan. Dengan begitu, mereka dilatih untuk melakukan kegiatan sosial juga.

10. Ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial. Saya teringat cerita nyata dari Canfield dalam Chicken Soup for the Teens. Ia bercerita tentang seorang anak yang "catatan kejahatannya lebih panjang dari tangannya." Anak itu pemberang, pemberontak, dan ditakuti baik oleh guru maupun kawan-kawannya. Dalam sebuah acara perkemahan, pelatih memberikan tugas kepadanya untuk mengumpulkan makanan untuk disumbangkan bagi penduduk yang termiskin. Ia berhasil memimpin kawan-kawannya untuk mengumpulkan dan membagikan makanan dalam jumlah yang memecahkan rekor kegiatan sosial selama ini. Setelah makanan, mereka mengumpulkan selimut dan alat-alat rumah tangga. Dalam beberapa minggu saja, anak yang pemberang itu berubah menjadi anak yang lembut dan penuh kasih. Seperti dilahirkan kembali, ia menjadi anak yang baik - rajin, penyayang, dan penuh tanggung jawab.

Dikutip dari artikel lepas Yayasan Muthahari Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Semoga bermanfaat

Macam-macam hati

Hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia. Hati ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab yang dilakukannya kelak di akhirat, sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya." (Al-Isra: 36). Dalam tubuh manusia kedudukan hati dengan anggota yang lainnya adalah ibarat seorang raja dengan seluruh bala tentara dan rakyatnya, yang semuanya tunduk di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan bekerja sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
"Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
1. Hati yang sehat Yaitu hati yang terbebas dari berbagai penyakit hati. Firman Allah: "(Yaitu) di hari yang harta dan anak-anak tidak akan bermanfaat kecuali siapa yang datang mengharap Allah dengan membawa hati yang selamat." (Asy-Syura: 88-89). Ayat ini sangatlah mengesankan, di sela-sela harta benda yang diburu dan dikejar-kejar orang, dan anak-anak laki-laki yang sukses dengan materinya dan sangat dibanggakan, ternyata itu semua tidak akan memberi manfaat kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Yaitu selamat dari semua nafsu syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah dan laranganNya, dan dari semua syubhat yang memalingkan dari kebenaran, selamat dari peribadatan dan penghambaan diri kepada selain Allah, selamat dari berhukum dengan hukum yang tidak diajarkan oleh Allah dan RasulNya, dan mengikhlaskan seluruh peribadatannya hanya karena Allah, iradahnya, kecintaannya, tawakkalnya, taubatnya, ibadah dalam bentuk sembelihannya, takutnya, raja'nya, diikhlaskannya semua amal hanya kepada Allah.
Apabila ia mencintai maka cintanya karena Allah,
apabila ia membenci maka bencinya karena Allah,
apabila ia memberi maka memberinya karena Allah,
apabila menolak maka menolaknya karena Allah.
Dan tidak hanya cukup dengan ini, sampai ia berlepas diri dari semua bentuk keterikatan dan berhukum yang menyelisihi contoh dari Rasulullah. Maka hatinya sangat tertarik dengan ikatan yang kuat atas dasar mengikuti jejak langkah Rasulullah semata, dan tidak mendahulukan yang lainnya baik ucapan maupun perbuatannya. Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1).
2. Hati yang mati
Yaitu kebalikan dari hati yang sehat, hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang perintahkanNya, dicintaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya. Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah.
Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian sebagai tunggangan dan kendaraannya. Pikirannya hanya untuk mendapatkan dunia yang menipu ini dan dibuat mabuk oleh nafsu untuk mendapatkannya, ia tidak pernah meminta kepada Allah kecuali dari tempat yang jauh. Tidak membutuhkan nasihat-nasihat dan selalu mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu merayu dan menggodanya. Maka bergaul dengan orang seperti ini akan mencelakakan kita, berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan membinasakan kita.
3. Hati Yang Sakit
Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat maksiat, dan kadang-kadang salah satu di antara keduanya saling berusaha untuk mengalahkannya. Hati jenis ini, mencintai Allah, iman kepadaNya beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan tawakkal kepadaNya, itu semua selalu dilakukannya tetapi ia juga mencintai nafsu syahwat dan kadang-kadang sangat berperan dalam hatinya serta berusaha untuk mendapatkannya. Hasad, sombong (dalam beribadah kepada Allah), ujub, dan terombang-ambing antara dua keinginan yaitu keinginan terhadap kenikmatan kehidupan akhirat serta keinginan untuk mendapatkan gemerlapnya dunia.Maka hati yang pertama hidup, tumbuh, khusyu' dan yang kedua layu kemudian mati. Adapun yang ketiga dalam keadaan tidak menentu, apakah akan hidup ataukah akan mati. Kemudian banyak sekali orang yang hatinya sakit dan sakitnya bahkan semakin parah, tetapi tidak merasa kalau hatinya sakit, bahkan sekalipun telah mati hatinya tetapi tidak tahu kalau hatinya telah mati.
"Minta tolonglah kepada Allah dan janganlah menjadi lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu maka janganlah mengatakan: 'Seandainya aku mengerjakan begini maka akan menjadi begitu!'. Tetapi katakanlah: 'itu semua adalah takdir Allah, apa yang dikehendaki-Nya dikerjakan-Nya'. Sebab kalimat 'Seandainya...'itu akan membuka pintu buat setan".(Al-Hadits)
Rencana Tuhan itu Indah



Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya.Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? " Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...