Sabtu, Agustus 14, 2010

9 Karakter / Sifat Gadis yang Tidak Dianjurkan untuk Dinikahi Laki-laki


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh jurusan psikologi (ilmu jiwa) pada Fakultas Adab (sastra) di Universitas Zaqaqiq, Mesir dengan judul: “Kepribadian Remaja Putri, Tata Cara kesiapan Jiwa dalam Menghadapi Pernikahan, dan Masa Perubahan Jiwa Pasca Nikah Secara Khusus” menyimpulkan ada 9 tipe gadis yang tidak diminati oleh para pemuda:

Pertama: Gadis Pencemburu

Pencemburu adalah sifat pertama kali yang dihindari oleh para pemuda dari calon istri-istri mereka. Cemburu disini bermakna keraguan. Para pemuda itu menuntut adanya sebagian sifat cemburu yang memperkuat ikatan cinta, akan tetapi mereka menolak ketidak percayaan (keraguan) yang menimbulkan petaka dalam kehidupan rumah tangga. Mereka menginginkan kepercayaan dari para istri mereka, dan tidak suka jika mereka menceritakan atau mengungkap setiap langkah yang dilaluinya.

Kedua: Gadis Egois, sok menjadi ratu

Adapun gadis yang kedua adalah gadis yang egois, ingin berkuasa, menginginkan dari suaminya segenap kecintaan, ketundukan, dan kepasrahan hanya kepadanya saja. Dia akan marah jika melihat suaminya lebih mementingkan orang lain atau mencintai selain dirinya. Seperti cemburu kepada kerabat suami, atau teman-temannya. Perbuatan ini kadang menimbulkan banyak permasalahan. Dengan sikap seperti itu, dia telah mempersempit kepribadian suami, dan menyebabkan timbulnya permasalahan dengan kerabatnya. Dengan sikap seperti itu, dia telah menjadikan suami benci dengan kehidupan rumah tangganya. Sikap yang demikian tidak termasuk cinta, tetapi ambisi kepemilikan dan penguasaan. Maka wajib bagi gadis ini untuk menyadari bahwa mereka adalah kerabat suami, yang tidak mungkin ia bebas lepas dari mereka, begitu pula sebaliknya mereka tidak mungkin bebas lepas darinya.

Ketiga: Gadis Durhaaka

Yaitu istri yang tidak ridha dengan kehidupannya. Dia senantiasa membangkang pada suami dan menggerutu tentang segala sesuatu. Dia tidak bersikap qonaah (menerima apa adanya), senantiasa menginginkan tambahan dan lebih. Dengan sikap seperti ini, dia telah menekan suami hingga mau memenuhi keinginannya. Dia tidak peduli darimana sang suami bisa memenuhi berbagai tuntutan itu, dan bagaimana ia bisa mendapatkan harta tersebut. Dia adalah jenis istri perusak. Dia hanya mencari untuk diri dan kebahagiannya sendiri, terutama harta, bukan cinta. Dia tidak menjaga suami atau rumahnya. Biasanya keadaan yang seperti ini berakhir dengan perceraian.

Keempat: Gadis yang cuek dan masa bodoh

Gadis ini tidak layak disebut sebagai seorang istri. Dia sama sekali tidak menaruh perhatian pada suami, tidak juga pada rumahnya. Tidak berusaha memenuhi kebutuhan suami atau permintaannya. Di sini sang suami merasa bahwa si istri tidak mencintainya, atau tidak menganggapnya. Kadang yang demikian membuat sang suami bersikap kasar kepada istri sebagai usaha untuk meluruskannya. Akan tetapi jika sang istri memiliki sifat seperti ini, maka akan sulit merubahnya. Hal ini menjadikan sang suami tidak menaruh perhatian terhadap istri, tidak mesra dengannya dalam segala hal, dan bisa menyebabkan perpisahan. Maka mulai sekarang seharusnya istri mulai memberikan perhatian terhadap suami.

Kelima: Gadis yang Kekanak-kanakkan

Yaitu gadis yang senantiasa tergantung pada ibunya, dan terus terikat dengannya, bersandar kepadanya dalam segala hal. Dia bertindak dengan malu, tidak mampu mengemban tanggung jawab. Kebanyakan ibunyalah yang memberikan keputusan dan berkuasa pada seluruh urusan rumah. Maka sang putripun bersandar kepadanya dalam segala hal seperti apa yang dia kerjakan saat masih kanak-kanak. Dengan sifat seperti itu, dia tidak layak menjadi seorang ibu bagi putra-putranya, dikarenakan putra-putranya akan menjadi pribadi-pribadi yang terputus, tidak utuh. Adapun sang suami, maka ia merasa seolah-olah telah menikahi ibu mertuanya, karena dialah yang mengatur segala keperluannya. Maka wajib bagi para gadis untuk belajar memikul tanggung jawab dan berbuat secara dewasa.

Keenam: Gadis yang meninggalkan Tugas Rumah Tangga

Kebanyakan gadis seperti ini adalah gadis yang bekerja (wanita karir). Akan tetapi, ada perbedaan antara istri yang bekerja dan istri yang pergi meninggalkan tanggung jawab rumah. Artinya ada banyak istri yang bekerja, tetapi mereka dapat melakukan segenap pekerjaan rumah tangga dan memberikan perhatian terhadap berbagai keperluan suami dan anak-anak mereka. Pekerjaan mereka tidak membuat mereka durhaka terhadap keluarga. Maka istri harus menyeimbangkan antara pekerjaan dengan suami dan anak-anaknya. Janganlah pekerjaan membuat keluarga terhalangi dari perhatian dan kasih sayangnya. Sehingga sang suami merasa kehilangan kemesraan, akhirnya timbullah permasalahan diantara mereka.

Ketujuh: Gadis yang Lemah

Yaitu seorang gadis yang terbiasa pasrah terhadap keadaan di sekitarnya, apakah terhadap keluarga atau teman-temannya. Dia sangat lemah untuk bisa mengambil keputusan dengan dirinya sendiri, tidak berusaha mengadakan musyawarah atau menampakkan pendapat apapun. Kepribadian yang lemah, penurut, dan tidak terbiasa memikul tanggung jawab. Kebanyakan penyebabnya adalah keluarga, yaitu dengan sikap keras sang ayah, dan diamnya ibu. Maka sang suamipun kehilangan teman yang bisa memberikan nasihat, atau masukan-masukan dalam berbagai urusannya.

Kedelapan: Gadis yang membuat was was


Yaitu gadis yang menggambarkan suaminya dengan gambaran yang terburuk. Sebagai contoh, jika suami terkena penyakit mulas, maka sang istri membesar-besarkannya serta meyakininya bahwa sang suami menderita usus buntu. Jika panas sang suami meningkat dia berkata bahwa dia telah terkena demam. Jika sang suami terlambat, dia berkeyakinan telah terjadi kecelakaan atau terkena sesuatu yang tidak disukai. Istri semacam ini akan mendorong suami untuk selalu was-was dan berkhayal macam-macam serta selalu khawatir.

Kesembilan: Gadis yang Sok Sempurna

Yaitu gadis yang berambisi untuk mengerjakan sesuatu dengan benar, dan terlalu berlebih-lebihan di dalamnya sehingga sang suami dan orang-orang yang tinggal di sekitarnya terkadang merasa jengkel. Sifat seperti itu membuatnya fanatik buta dalam kehidupan rumah tangga. Dia menginginkan kesempurnaan dalam segala hal. Jika pergi salah seorang teman maka harus membawa hadiah berharga dan mahal dibungkus dengan bungkus yang mewah dan seterusnya. Sifat seperti ini dimungkinkan akan membuat suami melakukan respon yang mungkin bisa menjadi seorang laki-laki yang keras dan menolak apa saja yang dilakukan istri, sekalipun perbuatan itu untuk kepentingannya, dan dia tidak lagi mementingkan keridhaan istrinya

Sekarang, carilah untuk dirimu sendiri wahai saudariku, sifat manakah dari kesembilan sifat tersebut yang kamu miliki? Kemudian bersihkanlah dari dirimu agar kehidupan rumah tanggamu selamat dan bahagia.

Diambil dari: Majalah Qiblati Edisi 11 TAhun II

PILIHLAH ISTRI SHOLEHAH AGAR TIDAK MENYESAL DI KEMUDIAN HARI......


Isteri shalehah adalah idaman bagi setiap suami shaleh di
setiap waktu dan tempat. Isteri idaman dia adalah wanita mukminah, wanita
shalehah yang jiwanya sebagai cerminan ilmu syar'i yang hanif, aqidahnya
murni, akhlaknya agung, dan perangainya baik, untuk mendapatkannya harus
diperhatikan hal-hal berikut:
Cara memilih isteri idaman
Memilih wanita karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"Wanita itu dinikahi karena empat hal: Hartanya, keturunannya,
kecantikan-nya dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang
memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tangan-mu akan berdebu
(miskin merana)." (HR.Al-Bukhari, Fathul Bari 9/132)

Dengan memilih wanita yang berasal dari lingkungan yang baik dan
karakter yang benar-benar shalehah maka akan menghasilkan ketenangan
dalam hidup berumah tangga. Karena adat kebiasaan dan gaya hidup suatu
kaum sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya.

Diutamakan yang gadis sebagai-mana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa sallam :
"(Nikahilah)gadis-gadis sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya,
lebih manis tutur katanya dan lebih menerima dengan sedikit(qanaah).
dan dalam riwayat lain "Lebih sedikit tipu dayanya". (HR.Ibnu Majah
No.1816 dan dalam As Silsilah ash Shahihah , hadits No.623)

Diutamakan wanita yang subur sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"Kawinilah wanita yang penuh cinta dan yang subur peranakannya.
Sesung-guhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di antara para
nabi pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad 3/245 dari Anas, dikatakan
dalam Irwaul Ghalil hadits ini shahih).
Maraji': Tarbiyatul Athfal fil Hadits Asy-Syarif, Khalid Ahmad
Asy-Syanthot, Tarbiyatul Athfal fil Islam, Habsyi Fathullah Al-Hafnawiy

Diantara kebahagian seorang suami adalah dikaruniainya isteri yang
shalehah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau
meman-dangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya
(tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan
hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau
memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor
kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas
dirinya dan hartamu." (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah
ash-Shahihah hadits 282)
=====================
Aqidah isteri idaman
===================
Seorang isteri idaman harus memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang
shahihah, karena sah tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan
tidaknya aqidah seseorang. Isteri idaman adalah sosok yang selalu
bersemangat dalam menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui
ilmu-ilmu syar'i baik yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam
hal muamalah sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu
agama Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam untuk menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di
atas cahaya ilmu, sebagaimana riwayat dibawah ini:

Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata
kepada Rasulullah n: "Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka
jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat
bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada
mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah: "Tidaklah seorang
wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka
sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya:
"Bagaimana kalau hanya dua?" Beliau menjawab: "Juga dua." (HR. Al-Bukhari
No 1010)
Seorang isteri yang aqidahnya benar akan tercermin dalam tingkah lakunya
misalnya:
Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik.
Selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya.
Bisa menjadi contoh bagi wanita lainnya.
====================================
"Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu
adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia." (HR. Baihaqi dalam
Syu'abul Iman, Shahihul jami' 4285)

=====================
Akhlak Isteri Idaman
=======================

Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak Islami yaitu: Ceria,
pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu jujur.
Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka ghibah
(menggunjing) dan namimah (adu domba).
Selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan isteri suaminya yang
lain (madunya) jika suaminya mempunyai isteri lebih dari satu.
Tidak menceritakan rahasia rumah tangga, diantaranya adalah hubungan
suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah tangga. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Sesungguhnya di antara
orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah pada hari kiamat yaitu
laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri mencumbui suaminya
kemudian ia sebar luaskan rahasianya." (HR. Muslim 4/157)
Isteri idaman di rumah suaminya

Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan kebaikan bagi seorang isteri
bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat baik, misalnya mendo-rong
suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada kedua orang tuanya,
sebagaimana firman Allah: "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah." (Al Ahqaf 15)
Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya.
Membantunya dalam ketaatan.
Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi.
Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga.
Bagus didalam mendidik anak.
Penampilan:
* Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah harus selalu
memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih jika suaminya
berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk berhias dengan
hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya.
* Jika keluar rumah, seorang isteri yang sholehah harus memperhati-kan
hal-hal berikut:
Harus minta izin suami.
Harus menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasannya.
Tidak memakai wangi-wangian.
Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan syar'i atau keperluan yang
sangat mendesak.

=====================================================
WANITA SHOLEHAH

Laksana rembulan...
Menyinari insan bumi.

Jika ia memandang...
Dunia seakan tergetar karena ketulusannya
Jika ia berkata...
Dunia seakan terlena karena kelembutannya.
Jika ia tersenyum...
Duniapun ikut tersenyum karena keikhlasannya.

Laksana pelita...
Tubuh terbakar demi sebuah pengorbanan.
Menjadi penuntun di tengah gemerlapnya dunia.

Laksana sahabiyah...
Langkah kakinya bagai langkah Fatimah.
Hidupnya penuh ketenangan jiwa.
Karena hatinya selalu berdzikir.

Dialah wanita sholehah..
Yang senantiasa menjadi penentu.
Akan sebuah perubahan dunia.

Kamis, Agustus 12, 2010

Azab Bagi Wanita Pendusta (Pembohong)


Saudara dan saudari kaum muslimin dan muslimat, Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis. Beliau menjawab, "Pada malam aku di-isra'-kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.

Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. "Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka," kata Nabi.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu? Rasulullah menjawab, "Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang 'mengotori' tempat tidurnya. Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas. Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya. Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.

Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami."

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.

FORUM PENGAJIAN KANTOR, Pengajian-Kantor-subscribe@yahoogroups.com

Rabu, Agustus 11, 2010

KEUTAMAAN DAN PAHALA SHOLAT TARAWIH


Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda:

1. Pada Malam Pertama Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya(seperti bayi Lahir yang tidak mempunyai dosa).
2. Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya(yang masih hidup maupun telah meninggal), jika keduanya mukmin.
3. Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah 'Arsy: "Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat."
4. Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
5. Pada malam kelima, Allah Ta'ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
6. Pada malam keenam, Allah Ta'ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
7. Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir'aun dan Haman.
8. Pada malam kedelapan, Allah Ta'ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin as
9. Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta'ala sebagaimana ibadatnya Nabi saw.
10. Pada Malam kesepuluh, Allah Ta'ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
11. Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
12. Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
13. Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
14. Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
15. Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
16. Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
17. Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
18. Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, "Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu."
19. Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
20. Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
21. Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
22. Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
23. Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
24. Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
25. Pada malam kedua puluh lima , Allah Ta'ala menghapuskan darinya azab kubur.
26. Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
27. Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
28. Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
29. Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
30. Dan pada malam ketiga puluh, Allah ber firman : "Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku."

Demikianlah, keutamaan shalat tarawih yang disebutkan oleh Rasulullah SAW.

Mudah- mudahan Kita bisa Full dalam menjalankan Shalat Tarawihnya ....
Dan Pahala yang telah di sebutkan bisa memotivasi kita untuk Menjalankan shalat Tarawih...

Senin, Agustus 09, 2010

MARHABAN YAA RAMADHAN.......


Sebentar lagi ramadhan tiba, aku menanti kedatanganmu ya ... ramadhan ....

Rasulullah SAW dan para sahabat, selalu menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan kalimat:
Rasulullah, para sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia mengikuti jejak risalah Islamiyah sampai akhir zaman, selalu menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan penuh suka cita, dan menangis saat ditinggalkan bulan Ramadhan.
Karena keistimewaannya, inilah bulan yang selalu dinantikan kehadirannya oleh umat Islam di seluruh dunia.

Firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah (2) ayat 183 -187 :


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"



(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan {114}, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.



(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.



Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.



Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka, Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Pada bulan ini seluruh umat Islam diwajibkan melaksanakan ibadah puasa. Pada bulan ini, Al−Qur'an sebagai petunjuk dan pembeda antara yang hak dengan yang batil, diturunkan untuk seluruh umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah dan pelipatgandaan ganjarannya. Pada bulan ini, rahmat dan ampunan Allah dibuka seluas−luasnya, dan pintu neraka ditutup rapat−rapat.
Sebelas bulan yang lalu, kita menjalani kehidupan yang hingar bingar. Kini tiba saatnya untuk kembali merenungi hakikat keberadaan kita di dunia, dengan memugar kembali potensi iman di dada melalui peningkatan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Dengan ibadah shaum Ramadhan, umat Islam disadarkan kembali mengenai hakikat Ihsan, yakni menyembah Allah seakan−akan kita melihat−Nya, dan sesungguhnya memang Allah melihat kita.
Jika saja, seluruh umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini, mampu melestarikan sikap mental menghadirkan Allah pada segenap aspek hidup dan kehidupannya, pastilah bangsa ini tidak perlu mengalami krisis multidimesional berkepanjangan seperti yang kita alami sekarang.
Dengan seruan menegakkan shalat berjama'ah, qiyamullail, tadarus Al−Qur'an, memperbanyak shadaqah, dan menunaikan zakat fitrah sebagai bagian integral dari amaliahnya, Ramadhan tidak hanya membina dan mengajarkan kesalehan individual, tetapi juga mendesak umat Islam untuk mewujudkan kesalehan sosial.
Melalui bulan Ramadhan, umat Islam disegarkan kembali komitmennya pada ajaran sejati Islam sebagai pengemban missi rahmatan lil'alamin.
Oleh karena itu, Ramadhan sesungguhnya sarana awal untuk mengukuhkan kembali jati diri Muslim, memasuki hari−hari panjang pada sebelas bulan sesudah Ramadhan. Hanya mereka yang mampu melestarikan dan mengembangkan seluruh gemblengan selama Ramadhan pada sebelas bulan sesudah bulan suci inilah, yang berhak meraih predikat muttaqin, seperti digambarkan dalam Q.S.Al−Baqarah ayat 183: "Wahai orang−orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada kaum sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang−orang yang bertaqwa."
Sangat logis sabda Rasulullah saw yang menyatakan bahwa siapapun yang melaksanakan ibadah shaum Ramadhan, semata−mata berdasarkan keimanan dan mengharap ridha Allah (iimaanan wahtisaaban), akan diampuni seluruh dosa−dosanya yang telah lalu.
Hanya mereka yang melaksanakan ibadah shaum Ramadhan secara demikian sajalah, yang kelak akan kembali ke fitrah sejati kemanusiaannya ('Idul fitri) yang hanif: selalu memihak kepada kebaikan, kebenaran, keadilan, dan kejujuran.
Tentu tidak mudah untuk meraih predikat seperti di atas. Bahkan, bukan tidak mungkin kita terkena sabda Rasul yang lain: "Betapa banyak mereka yang melaksanakan puasa, tidak memperoleh ganjaran apa−apa, kecuali lapar dan dahaga."
Hal tersebut antara lain karena pada hakikatnya, seperti digambarkan dalam Q.S. Al−Hijr dan At−Tiin, manusia adalah muhajir (pengembara) di antara kebaikan dan keburukan.
Marilah kita manfaatkan dengan sungguh−sungguh momentum bulan Ramadhan ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas keimanan umat Islam Indonesia yang dibuktikan dengan meningkatnya kualitas kesalehan sosial, sehingga makin menumbuhsuburkan misi utama ajaran Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Minggu, Agustus 08, 2010

Ambil Jalan Tengah!


Wasiat Habib Ali bin Hasan Alatas

Kalam-kalam seorang “arif billah” selalu menyejukkan dan mampu mengobati hati. Apalagi kalau kalam itu berasal dari seorang “quthb”, yaitu wali yang memperoleh tempat istimewa disisi-Nya. Tak ayal lagi, kalamnya ibarat cahaya yang menerangi lorong hati yang tergelap sekalipun. Berikut salah satu wasiat seorang “quthb” yang meninggal pada tahun 1172 Hijriyah di Hadramaut, Yaman, Habib Ali bin Hasan Alatas,

‘Sesungguhnya dunia ini bersifat fana dan kita hidup di dalamnya tidak untuk selamanya. Coba renungkan semua perbuatan yang kita kerjakan kemarin, pagi tadi atau bahkan yang barusan, yang baik dan yang buruk. Bukankah kenikmatan perbuatan tersebut telah berlalu, dan yang pasti akibat dari perbuatan tersebut akan kita tanggung. Apabila baik, kita akan mendapatkan pahala. Namun apabila jelek, kita pasti menghadapi hisab dan siksa.

Hindarilah empat perbuatan yang merupakan perilaku syetan.

Pertama, riya’, yaitu amal yang dikerjakan dengan mengharapkan sesuatu dari manusia. Perbuatan ini dikategorikan syirik sesuai kesepakatan ulama. Alangkah bodohnya diri kita apabila menyembah seseorang yang pada hakikatnya tidak dapat memberikan manfaat kepada kita. Dan seumpama perbuatan itu diketahui olehnya, maka harga diri kita jatuh di matanya.

Kedua, sombong. Sikap ini dapat kita hilangkan dalam diri kita dengan selalu koreksi diri dan menyadari bahwa kita diciptakan dari setetes air yang menjijikkan. Kita hidup dengan membawa kotoran-kotoran di dalam perut kita dan pada akhirnya kita akan menjadi bangkai yang berbau tak sedap.

Ketiga dan keempat adalah ujub (bangga diri) dan hasud (dengki). Keduanya merupakan karakteristik dasar seorang iblis dan pengikut-pengikutnya. Ketika ia mengetahui penciptaan Adam AS dari tanah ia merasa bangga diri seraya berkata, “Aku lebih baik dari dia.” Kemudian setelah ia mengetahui keistimewaan-keistimewaan yang diberikan kepada Adam as, ia menjadi dengki dan berakhir dengan diusirnya ia dari rahmat Allah SWT. Sedangkan Adam as menjadi salah satu makhluk pilihan-Nya. Maka, janganlah kalian dengki kepada orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah. Sesungguhnya Allah memberikan kenikmatan kepada orang yang ia kehendaki.

Apabila kalian melihat seseorang mendapatkan “futuh” (dibuka jalannya oleh Allah) dalam ilmu, ibadah, ma’rifat, kedudukan atau harta, maka sebagai insan yang beriman, kalian hendaknya turut bahagia atas keutamaan Allah yang dilimpahkan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda,-
َلايُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتىَّ يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا ُيِحبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah sempurna iman seseorang hingga ia mencintai apa yang ada pada saudaranya seperti ia mencintai apa yang ada pada dirinya.”

Ketahuilah, sesungguhnya rasa benci kalian atas nikmat yang dikaruniakan kepada saudara kalian menunjukkan itikad jelek kalian yang seolah-olah ingin menghalang-halangi nikmat Allah kepadanya. Dan itu sangat mustahil.

Apabila diri kalian mendengar atau mengetahui keutamaan salah satu saudara kalian, maka sebarkan keutamaannya kepada khalayak dan pujilah ia sesuai kapasitasnya walaupun sebenarnya ia adalah orang yang selama ini memusuhi kalian. Sesungguhnya pujian seseorang kepada saudaranya adalah pertanda bahwa ia adalah orang yang berakal sempurna. Namun apabila kalian mengetahui kekurangan saudara kalian, maka jangan pernah menyebarkannya kepada siapapun. Karena salah satu dari sifat ketuhanan adalah memperlihatkan hal-hal yang indah dan menutupi hal-hal yang buruk.

Jagalah rahasia-rahasia kalian dengan baik terutama rahasia yang akan membahayakan jiwa atau harta kalian jika diketahui orang. Karena sesungguhnya orang-orang awam cenderung suka menyebarkan suatu rahasia, terutama para wanita. Dan diantara rahasia-rahasia yang perlu untuk senantiasa disimpan adalah kefakiran, permusuhan, perbuatan taat dan safar (perjalanan jauh) kecuali jika darurat.

Janganlah pernah berprasangka buruk kepada siapa pun, atau curiga tanpa dasar, karena perbuatan itu termasuk dosa besar. Allah berfirman,-

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah kalian dari prasangka buruk, karena itu adalah ucapan yang paling dusta.” Salah seorang ulama dari golongan Bani Alawi pernah berkata, “Sesungguhnya karakter yang buruk akan melahirkan prasangka-prasangka yang buruk pula.”

Namun sikap waspada dan hati-hati terhadap orang yang gerak-geriknya mencurigakan diperbolehkan selama hal itu tidak keterlaluan. Karena para salaf bersikap demikian. Amirul Mukminin, Umar bin Alkhattab berkata, “Aku bukan termasuk golongan penipu, namun aku takkan tertipu oleh seorang penipu.”

Janganlah menyimpan dendam kesumat atau sikap permusuhan kepada siapapun dalam hati. Bermurahlah dalam memberikan maaf. Imam Syafii ra berkata, “Barang siapa dibuat marah oleh seseorang namun tidak marah, berarti ia adalah himar (keledai). Dan barang siapa dimintai maaf namun tidak memaafkan, berarti ia adalah syetan.” Beliau juga mengungkapkan, “Terlalu bebas dalam bergaul dengan masyarakat akan mendatangkan pengaruh yang jelek, namun terlalu menutup diri dari masyarakat akan memunculkan kebencian dan sikap permusuhan dari mereka. Maka, ambillah jalan tengah!”

Jagalah mulut kalian dari perkataan bohong, karena Allah dan Rasul-Nya melaknat orang yang suka berbohong. Seorang pembohong takkan pernah dipercaya orang, ia dipandang hina di tengah-tengah masyarakat, semua perkataannya dianggap dusta. Maka, hindarilah segala macam bentuk kebohongan. Jangan pula menyampaikan kabar-kabar yang datang dari seorang pembohong. Karena kebohongan itu akan dianggap berasal dari kalian dan kalian yang akan terkena getahnya.

Maka, tidak banyak bicara adalah solusi terbaik untuk keselamatan diri. Nabi Isa as bersabda, “Jika bicara itu ibarat perak, maka diam itu ibarat emas.” Abubakar Asshiddiq ra, sahabat terbaik nabi, selalu meletakkan kerikil di mulutnya agar tidak banyak bicara. Ia mengungkapkan, “Ini (seraya menunjuk mulutnya) yang menyampaikanku ke berbagai tempat (bahaya).” Suatu ketika seorang sahabat berkata kepada nabi SAW, “Si Fulan telah meninggal dalam keadaan syahid.” “bagaimana kamu tahu!” jawab Nabi. “Barangkali ia pernah mengatakan sesuatu yang tak perlu, atau bakhil terhadap harta yang tak bisa membuatnya kaya.” Lanjut beliau.

Walhasil, inti dari keseluruhan adab bermasyarakat yang harus kalian pegang teguh adalah meninggalkan perbuatan yang pasti kalian benci apabila dilakukan orang lain terhadap kalian dan mengerjakan perbuatan yang pasti kalian senangi apabila dilakukan orang lain terhadap kalian. Sibukkan diri kalian dengan mengoreksi kekurangan-kekurangan diri sendiri daripada mengoreksi kesalahan orang lain.

Segeralah bertobat kepada Allah atas segala dosa-dosamu. Berprasangka baiklah kepada Allah disertai harapan kalian akan dikaruniai akhir yang baik (husnul khatimah). Apabila kalian melihat seseorang berbuat maksiat atau menghadiri majelis yang tidak baik, maka jangan mencelanya, karena kalian tak pernah tahu apakah suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang soleh sedang kalian tidak, atau ia akan mati dalam keadaan baik, sedangkan kalian tidak. Padahal, nilai amal-amal seorang hamba ditentukan di akhirnya.

Perbanyaklah berdzikir kapada Allah dengan membaca tahlil,tasbih, doa-doa, istighfar, shalawat kepada nabi SAW. Selalu ingatlah akan datangnya kematian disertai sadar diri bahwa amal perbuatan kalian masih sedikit. Kembalikan hak-hak orang lain yang pernah kalian ambil secara dhalim terutama yang berupa harta benda. Karena kalian akan merasakan penyesalan yang tiada tara apabila meninggal dunia disertai tanggungan tersebut.’

Kehancuran Kaum Tsamud


Beberapa waktu lalu saya sudah posting tentang tanda-tanda kehancuran kaum 'Aad. Suatu kaum yang dimusnahkan Allah SWT karena mereka ingkar dan tidak mensyukuri nikmat yang telah mereka terima. Kaum 'Aad dibinasakan oleh Allah dengan angin topan yang sangat kencang, sehingga mengakibatkan manusia yang ingkar bergelimpangan, rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi runtuh berserakan, dan binatang-binatang ternak diterbangkan angin topan yang dahsyat itu. Akhirnya negeri itu kosong dan tandus.

Setelah negeri itu kosong dan punah akhirnya Allah SWT mengutus bangsa lain untuk menghuni negeri itu. Bangsa itu yang dalam Al-Quran disebut kaum Tsamud.


Al-Quran tidak menentukan tempat tinggal kaum Tsamud, tetapi merujuk firman Allah ini jelas menunjukkan:
“Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah”.(Al-Fatir: 9)

Jadi tempat tinggal mereka adalah di daerah pegunungan batu. Yang dimaksud lembah oleh ayat ini ialah lembah Al-Qura, tempat yang pernah ditinggali oleh kaum 'Aad. Di lembah inilah mereka tinggal. Kebanyakan riwayat menyebutkan bahawa desa Al-Hajr sebagai perkampungan kaum Tsamud. Mereka menyebutkan bahawa di sana ada sebuah sumur yang dinamakan sumur Tsamud. Rasulullah SAW pernah mendatangi sumur itu pada waktu perang Tabuk, dan melarang sahabat-sahabatnya meminum air dan memasuki rumah-rumah di kampung itu.

Kehidupan kaum Tsamud ini seperti kehidupan kaum 'Aad dahulu. Mereka membuat kerusakan dan kesombongan, mempamerkan harta kekayaan yang mereka miliki. Mereka mengira bahwa harta kekayaan yang selama ini mereka pegang dan rasakan adalah untuk selama-lamanya, kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka akan tetap selamanya. Lalu mereka berbuat semaunya, mengikuti hawa nafsunya yang angkara murka, bahkan hingga batu-batu yang tidak berharga mereka gunakan sebagai pemujaan dan penyembahan mereka

Allah SWT mengutus Nabi Saleh AS kepada Kaum Tsamud untuk menyeru mereka beribadah kepada Allah dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala. Seruan Nabi Saleh AS kepada mereka: “Hai kaumku, beribadahlah hanya kepada Allah semata. Jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dia yang menciptakan kamu dari tanah, Dialah yang menjadikan kamu dapat membangun dengan menyediakan alat-alat pembangunan.
Maka wajarlah kalian harus memohon ampun kepada-Nya atas perbuatan dosa yang telah kalian lakukan, mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa, mengampuni dosa orang yang bertaubat, jika ia benar-benar beriman dan ikhlas dalam berdoa.”
Kaum Tsamud mendustakan Nabi yang diutus Allah, menolak seruannya untuk beribadah kepada Allah, bertakwa dan meng-Esakan-Nya. Padahal ia Rasul yang dapat dipercaya dan tak mengharapkan upah dalam menyampaikan ajarannya.

Kebiasaan kabilah Tsamud bergelimang dalam kemewahan material antara lain dalam masalah makanan, minuman dan tempat tinggal dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Sehingga mereka ingkar terhadap Nabinya berkata menasihati mereka: “Apakah kalian mengira Allah akan membiarkan kalian bersenang-senang dengan kenikmatan itu. Apakah kalian mengira dapat melindungi diri kalian dari azab Allah, sehingga kalian berfoya-foya sesuka hati dengan kebun-kebun, mata air, pertanian dengan buah kurmanya yang manis dan masak.

Kalian pahat bagian-bagian gunung untuk dijadikan tempat tinggal dan rumah-rumah yang nyaman menyenangkan. Kemudian kalian tidak mau mensyukuri nikmat Allah yang banyak ini. Bertakwalah kepada Allah, taatilah nasihat-nasihatku. Aku menyeru kalian kejalan Allah, janganlah kamu turutkan perbuatan-perbuatan orang yang melampaui batas. Mereka melampui batas (mempengaruhi kalian) dalam kekufuran dan kemaksiatan. Mereka membabi-buta membuat kemaksiatan di dunia, dan tidak mengetahui jalan yang benar.”

Seterusnya Nabi Saleh AS berkata kepada mereka: “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu bangun istana-istana ditanah yang datar dan kamu pahat gunung untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melampaui batas di muka bumi membuat kerusakan”.

Kaum Tsamud tidak mau percaya terhadap nasihat-nasihat Nabi Saleh. Bahkan sebaliknya, mereka menuduh bahawa Saleh terkena sihir yang mengganggu pikirannya. Sehingga dengan pengaruh sihir itu, ia mengaku sebagai utusan Allah.

Pada suatu hari mereka (kaum Tsamud) datang menemui Nabi Saleh AS untuk minta bukti-bukti kebenaran atas kenabiannya. Mereka berkata, "Kalau engkau boleh mendatangkan bukti mukjizat (perkara-perkara luar biasa), maka engkau benar-benar seorang nabi, kalau tidak berarti engkau seorang pembohong."
Mendengar kata-kata dan pendirian mereka yang sedemikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat oleh Nabi Saleh kepada mereka kecuali hanya berdoa kepada Allah: "Ya Allah, Ya Tuhanku, kaumku telah mendustakan aku, dan hanya sebagian saja dari mereka yang beriman kepadaku, dan kali ini mereka minta mukjizat atas kenabianku. Untuk mengatasi hal yang sedemikian itu sudilah kiranya Engkau memberikan mukjizat yang dikehendaki mereka itu. Mudah-mudahan dengan mukjizat itu mereka beriman kepada seruan yang kusampaikan kepada mereka."

Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Saleh, lalu Allah SWT berfirman kepadanya: "Pergilah engkau hai Saleh untuk menemui kaummu, dan katakanlah kepada mereka agar berkumpul dilapangan dikaki gunung itu, untuk dapat melihat mukjizat yang mereka inginkan. Dari gunung itu nanti akan muncul seekor unta betina yang luar biasa cantiknya, besar dan gemuk, yang tidak pernah mereka lihat sebelum ini. Susu unta itu selalu penuh dengan air susu, walaupun setiap detik dan setiap jam air susu itu diperas.
Setiap orang dibolehkan untuk mengambil air susunya, dengan syarat unta itu harus dibiarkan dengan sebebas-bebasnya, tidak boleh diganggu oleh siapa pun. Dan juga unta itu harus dibiarkan meminum air yang ada dalam sumur itu bergantian dengan penduduk. Artinya hari ini sumur itu digunakan untuk meminumkan unta itu, dan hari berikutnya digunakan untuk penduduk. Dan begitulah seterusnya. Dan sewaktu giliran unta, tak seorang pun dari penduduk itu yang dibolehkan mengambil air sumur itu. Begitu pula pada hari giliran penduduk, unta itu tidak akan meminum sedikit pun."

Setelah wahyu itu disampaikan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya, maka mereka berkumpul menunggu-nunggu unta yang dimaksudkan itu. Tidak lama kemudian dari gunung itu muncullah seekor unta yang cantik, gemuk dan penuh dengan air susu, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Saleh kepada mereka.
Unta itu terus menuju ke sumur dan meminum semua air yang ada dalam sumur. Melihat unta yang gemuk itu, semua penduduk menyediakan nampan untuk tempat susu, lalu mengambil air susu dari unta itu.

Demikianlah setiap hari unta itu mengeluarkan air susu, dan tidak henti-hentinya penduduk disitu memerasnya. Dan pada suatu hari, mereka tidak mendapatkan air sama sekali dalam sumur itu, maka sebagai gantinya mereka memeras susu unta itu.
Begitulah dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, orang yang beriman bertambah kuat imannya, sedangkan orang-orang yang ingkar bukan menjadi beriman padahal bukti-bukti dan mukjizat yang mereka minta dahulu telah mereka saksikan, bahkan mereka bertambah dengki kepada Nabi Saleh dan orang-orang yang beriman.

Kaum Tsamud membunuh Unta

Untuk mewujudkan kedengkian dan iri hati yang terpendam dalam hati kaum Tsamud yang ingkar, maka mereka merencanakan untuk membunuh unta mukjizat dengan tujuan supaya orang-orang yang beriman semakin berkurang bahkan menghindar dari seruan Nabi Saleh. Karena seruan dan ajaran Saleh adalah tidak sesuai dengan ajaran nenek moyang mereka yang menyembah patung dan berhala-berhala.

Untuk membunuh unta mukjizat Nabi Saleh itu, para pemimpin kaum Tsamud yang ingkar memberikan motivasi kepada laki-laki untuk membunuh unta itu. Motivasi itu adalah dengan menawarkan perempuan-perempuan cantik. Perempuan-perempuan cantik itu akan diserahkan kepada laki-laki yang mau membunuh unta tersebut.
Akhirnya seorang perempuan cantik yang bernama Shaduq binti Mahya akan menyerahkan kehormatannya dengan sepuas-puasnya kepada seorang laki-laki yang bernama Masdak Ibnu Hajar, dengan syarat pemuda itu dapat membunuh unta tersebut. Dan juga seorang perempuan tua yang derhaka sanggup menyerahkan kehormatan anak gadisnya kepada seorang lelaki yang bernama Qudar Ibnu Salif.

Kedua-dua pemuda itu yang sudah tergoda dengan gadis-gadis cantik, berangkat menuju ke tempat unta itu berada. Dengan diam-diam kedua pemuda itu mendekati unta itu dekat sumur dan menusuknya dengan pedang yang sangat tajam, hingga akhirnya terburailah susu unta itu, dan tidak lama kemudian unta itu pun mati. Kedua pemuda itu dengan perasaan puas dan gembira menemui pemimpin-pemimpin kaumnya atas kematian unta mukjizat tersebut sambil menagih janji gadis-gadis cantik yang akan mereka nikmati.

Mereka mendustakan firman Allah melalui Nabi Saleh yang telah memberi ancaman kepada siapa saja yang berani membunuh unta itu, tapi akhirnya mereka membunuh unta itu dengan mendustakan mukjizat yang telah diperlihatkan kepada mereka.
Kemudian mereka menemui Nabi Saleh dan berkata: "Hai Saleh, datangkanlah siksa yang telah engkau janjikan itu, seandainya engkau benar-benar utusan Allah. Buktinya unta yang merupakan mukjizat itu sudah kami bunuh, dan mana janji bahwa akan didatangkan azab itu."

Nabi Saleh berkata: "Kamu benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kamu boleh bersenang-senang dan bergembira tiga hari saja atas kematian unta itu. Sesudah tiga hari yang dijanjikan Tuhan akan datang, dan bukanlah ini perjanjian yang bohong."

Dalam waktu tiga hari masih diberikan kesempatan kepada mereka oleh Nabi Saleh dengan harapan mudah-mudahan mereka sadar dan bertaubat, beriman kepada Allah dan utusan-Nya. Tetapi oleh kaum yang durhaka dan celaka itu, dianggap sebagai tanda kelemahan.

Belum lagi tiga hari, mereka datang lagi kepada Nabi Saleh memaki-maki lagi dengan bertanya: "Percepatlah datangnya azab yang engkau janjikan itu".
Dan banyak lagi cara-cara mereka dalam menyakiti dan mendustakan Nabi Saleh. Nabi Saleh hanya berkata: "Wahai kaumku, kenapa kamu minta segera datangnya siksa, bukan kebaikan? Kenapa kamu tidak minta ampun kepada Allah, mudah-mudahan kamu diberinya pengampunan?"

Sehari sebelum janji itu habis, karena mereka merasa ragu dan takut akan janji Allah itu, maka mereka mengadakan pertemuan rahasia untuk membunuh Nabi Saleh pada malam itu juga. Karena menurut sangkaan mereka bahwa dengan terbunuhnya Nabi Saleh, azab itu tidak akan datang. Namun Allah melindungi hamba-Nya yang benar, Nabi Saleh dijauhkan dari pembunuhan pada malam itu juga.

Pada keesokan harinya tepat sekali apa yang dijanjikan oleh Nabi Saleh itu, maka azab yang dijanjikan Tuhan itu diturunkan yang berupa suara petir yang sangat dahsyat. Gemuruh petir yang sangat kuat itu dapat menyebabkan suara yang mengguntur dan dapat menghancurkan rumah dan bangunan-bangunan mereka sebagai tempat tinggal, bukit-bukit yang dipergunakan sebagai benteng, harta kekayaan mereka porak-peranda disambar petir dan tiupan angin. Hanya Nabi Sall\eh dan pengikutnya yang beriman terselamat dari azab tersebut.
Kehancuran kaum Tsamud adalah karena sambaran petir yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri.

“Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa”.
(Al-Haqqah: 5)
Yang dimaksud dengan kejadian luar biasa itu ialah petir yang amat keras yang menyebabkan suara menggelegar dan merusakkan indera pendengaran.
Petir itu menimbulkan goncangan yang hebat, bagaikan terjadinya gempa yang memporak-perandakan bumi.


Sumber : Qisasul Anbiya' - Kisah Para Nabi & Rasul
Pengarang: Ibnu Katshir

AL-FATIHAH: Tafsir Ayat 1 - 7


(1)BISMILLAHIRAMANIRAHIMI
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Menyayangi

Ummu Salamah r.a. berkata, "Rasulullah saw. telah membaca Bismillahirrahmanirrahim ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis da'if Riwayat Ibnu Khuzaimah).

Abu Hurairah r.a. ketika memberi contoh salat Nabi saw. membaca keras-keras Bismillahirrahmanirrahim. (HR. an-Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah ketika sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka ditegur oleh sahabat Muhajirin yang hadir, kemudian ketika sembahyang lagi ia membaca Bismillahirrahmanirrahim.

Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis Aisyah r.a. yang berkata, "Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).

Anas r.a. berkata, "Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin". (Bukhari, Muslim).

Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan perbuatan. karena sabda Nabi saw. yang berbunyi:
"Tiap urusan (perbuatan) yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim maka terputus berkatnya."

Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:
"Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah"

Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga sunat ketika makan, karena sabda Nabi saw. ke- ada Umar bin Abi Salamah yang berbunyi, "Bacalah Bismil- lah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu". (HR. Muslim). Juga membaca Basmalah ketika akan jima' (bersetubuh) sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a. Rasullah saw. bersabda: Andaikan salah satu kamu jika akan bersetubuh (jima') de- ngan istrinya membaca, "engan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Maka jika ditakdirkan mendapat anak dari jima' tidak mudah diganggu oleh setan untuk selamanya". (HR. Bukhari, Muslim).


Bismillah ( Dengan nama ALLAH )
Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan pertolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga untuk menyedari kembali sebagai makhluk Allah, bahawa segalanya bergantung kepada rahmat kurnia Allah. Hidup, mati dan daya upaya semata-semata terserah kepada rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.

ALLAH
Nama Zat Allah Ta'ala. Nama Allah khusus bagi Allah, tidak dinamakan pada zat yang lain selain Allah. Haram menamakan dengan nama Allah pada zat yang lain selain Allah melainkan dengan menyandarkan sesuatu seperti Abdullah (hamba Allah) atau Amatullah (hamba perempuan Allah).

Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Murah Yang Maha Penyayang)
Ar-Rahman (Yang Pemurah) yakni yang penuh rahmatNya kepada semua makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang kafir. Adapun Ar-Rahim (Yang Penyayang) khusus rahimNya buat kaum mukmin sahaja.

Firman Allah: "Arrahman alal arsyi istawa", untuk menunjukkan bahwa rahmat Allah meliputi (memenuhi) seiuruh Arsy. Dan firman Allah: "Wa kaana bil mu'miniina rahiima" (Dan terhadap kaum mukminin sangat belas kasih).

Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat dipakai oleh lain-lainNya. Karena itu ketika Musailama al-Kadzdzab berani menamakan dirinya Rahmanul Yamamah, maka Allah membuka kepalsuan dan kedustaannya, sehingga dikenal di tengah-tengah masyarakat Musailamah al-Khadzdzab bukan sahaja bagi penduduk kota bahkan orang-orang Baduwi juga menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab iaitu Musailamah Yang Pembohong.

Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai oleh lain-Nya dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya seperti Allah, Ar-Rahman, Al-Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang boleh seperti Ar-Rahim, As-Sami', Al-Bashir seperti firman Allah, "Faja'alnaahu samii'an bashiira" (Maka Kami jadikan manusia itu mendengar lagi melihat).


(2) ALHAMDU LILLAHIR RABBIL ALAMIN
Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.

Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas melulu kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.

Alhamdullilah
Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu Alhamdulillah".

Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).

Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat, "Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Zat-Nya".

Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "HambaKu telah syukur pada-Ku".

Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: Seutama-utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).

Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah", melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih be- sar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).

Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu". 'Al' dalam kalimat Al-hamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).

Rabb
Bererti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.

Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai pencipta, yang mcmelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin."

Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua menunjukkan dan membuktikan kcpada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.

(3) AR-RAHMAN AR-RAHIM
Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

Ar-Rahman
yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan, minum, harta benda dan lain-lain.

Ar-Rahim
yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa, seperti nikmat iman dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia Allah maka takkan dapat menghitungnya.

(4) MALIKI YAUMIDIN
Raja yang memiliki pembalasan

Maliki
Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki). Maaliki sesuai dengan ayat:
"Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya, dan kepada Kami mereka akan kembali."
(Maryam 40).

Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia".
(an-Naas 1-2)

. "Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang memaksa (perkasa)."
(al-Mu'min = Ghafir 16).

Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar: Rahman.
(al-Furqan 26).

Ad-Din (Pembalasan dan Perhitungan).
Sesuai dengan ayat:
"Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan)". (as-Shafaat 53).

Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi dirimu sebelum kamu dihisab (diperhitungkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar, menghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun."

(5) Iyyaka na'budu wa iyyaka nas ta'iin.
Hanya kepadaMu (Allah) kami mengabdi (menyembah) dan hanya kepada-Mu pula kami minta pertolongan.

Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata,
"Iyyaka na'budu bermaksud Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in bermaksud "Kami minta tolohg kepada-Mu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentinganku"

Qatadah berkata,
Dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan."

(6) Ihdinaas Shiraathal mustaqiim
Pimpinlah kami ke jalan yang lurus.

Shirath dapat dibaca dengan shad, siin dan zai dan tidak berubah arti.

Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang jelas tidak berliku-liku. Shiraatal mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah saw. Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Asshiratul mustaqiim kitabullah'. Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.

An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan (shirrat) yang lurus, sedang di kanan-kiri jalan ada dinding dan di pagar ada pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara berseru, "Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seruan, maka bila ada orang yang akan membuka pintu dipenngatkan, 'Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anda membuka pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu batas-batas hukum Allah dan pintu yang terbuka ialah yang diharamkan Allah- sedang seruan di muka jalan itu ialah kitab Allah, dn seruan di atas shiraf ialah seruan nasihat dalam hati tiap orang muslim.
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).

Tujuan ayat ini minta taufik hidayat semoga tetap mengikuti apa yang diridai Allah, sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang diridai Allah maka ia termasuk golongan mereka yang mendapa nikmat dari Allah daripada Nabi shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan siapa yang mendapat taufik hidayat sedemikian berarti ia benar-benar Islam berpegang pada kitab Allah dan sunnaturrasul, menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan syariat agama.

Jika ditanya, "Mengapakah seorang mukmin harus minta hidayat, padahal ia bersalat itu berarti hidayat?"
Jawabnya, "Seorang memerlukan hidayat itu pada setiap saat dan dalam segala hal keadaan kepada Allah supaya tetap terus terpimpin oleh hidayat Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk mendapat hidayat taufik dan pimpinan-Nya. Maka seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayat Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Nisa:
"Hal orang beriman percayalah kepada Allah dan Rasulullah" (an-Nisa 136).

Dalam ayat ini orang mukmin disuruh beriman, yang maksudnya supaya terus tetap imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan, jangan berhenti di tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.


(7) Shiraathalladzina an'amta alaihim ghairil magh dhubi alaihim waladh dhaallin
Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka, dan bukan jalan yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat.

Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat rida dan nikmat dari Allah ialah mereka yang tersebut dalam ayat 69 an-Nisa:
Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah sebaik-baik kawan. (an-Nisa 69).

Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat:
"Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa" (Itulah kurnia Allah dan cukup Allah yang Maha Mengetahui.)

Ibnu Abbas berkata, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi, mereka telah mengetahui kitab Allah, tetapi tidak melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.

Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah yang dimurkai Allah itu?" Jawab Nabi saw., "Alyahud (Yahudi)". "Dan siapakah yang sesat itu?" Jawab Nabi saw. "An-Nashara (Kristen/Nasrani)".

Orang Yahudi disebut dalam ayat "Man la'anabullahu wa ghadhiba alaihi"(Orang yang dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga dijadikan di antara mereka kera dan babi.)

Orang Nashara disebut dalam ayat "Qad dhallu min qablu, wa adhallu katsiera wa dhallu an sawaa issabiil" (Mereka yangtelah sesat sejak dahulu, dan menyesatkan orang banyak, dan tersesat dari jalan yang benar.)

Pasal:
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut hal Hari Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba supaya meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah, serta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada hamba sahaya selalu minta hidayat taufik dan pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat nikmat dari golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai atau tersesat dari jalan Allah.

Dosa Mengasingkan dan Menghalangi Kita Dari Allah


Masalah paling utama kita di hadapan Allah ialah, bahwa manusia menghadapi satu dilema yang amat sulit, dan dilema ini adalah: Dosa mengasingkan kita dari nikmat hadirat Allah dan semua berkat yang mengiringi perhubungan ini. Prinsip ini membuat kita mengakui bahwa kita orang berdosa dan kita semua mengalami akibatnya yang dahsyat.

Ada banyak aspek utama yang dapat membantu kita untuk melakukan diskusi yang mendalam dan berarti. Tetapi haruslah bermula dengan isu-isu mendasar. Titik permulaannya adalah sebuah “khabar buruk.” Walaupun kita mahu menikmati cahaya Allah, kita menemui dengan satu masalah besar yang menghalang kita untuk mendapatkanya. Masalah ini ialah masalah dosa. Itulah khabar buruk yang saya maksudkan. Ada banyak petikan dalam Alkitab dan Al-Quran yang memberi kesedaran tentang dilema dosa ini.

Taurat

Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

(Yesaya 59:2)

Zabur

Seandainya ada niat jahat di dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mahu mendengar.

(Mazmur 66:18)

Injil

Jika kita berkata bahawa kita tidak berdosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.

(1 Yohanes 1:10)

Al-Quran

Ya, barangsiapa mengerjakan kejahatan dan telah meliputi kesalahan itu, maka mereka itu penuhi neraka, sedang mereka kekal di dalamnya.

(Surah Al-Baqarah 2:81)

Ayat dari Al-Quran ini mempunyai maksud yang sama dengan ayat dari Injil yang berbunyi, “Upah dosa adalah maut” (Injil, Roma 6:23). Apabila kita berdosa kita menerima “upahnya” yang sesuai dengan akibat-akibat buruknya yang akan mengikuti. Surah Al-Baqarah 2:81 berkata bahwa orang berdosa dikelilingi dan dikuasai oleh dosa-dosanya. Jadi dia akan masuk ke neraka. Manusia diciptakan untuk menghayati perhubungan yang kekal serta akrab bersama Allah. Tetapi manusia dengan keras kepalanya telah memutus untuk meninggalkan Allah dan mengikut jalannya sendiri. Alkitab memanggil ini sebagaipemberontakan, penolakan, serta beberapa nama-nama lain termasuk dosa, ketidaksetiaan dan melanggar hukum Allah.

Apakah perbedaan di antara pemberontakan aktif dan penolakan pasif terhadap Allah? Mengapa, mengikut pendapat anda, penolakan pasif juga dikira sebagai dosa? Menurut pendapat anda mana yang lebih biasa: pemberontakan aktif atau penolakan pasif terhadap Allah? Ini adalah soalan-soalan yang bagus bagi kita memikirkan. Tetapi hakikat paling utama ialah kesedaran akan adanya Dosa serta akibat-akibat Dosa seperti terurai di atas.

Dosa ini bukan hanya berita buruk – ia adalah berita yang paling buruk. Mengapa? Karena dosa mengasingkan kita daripada Allah. Akibat pengasingan ini, kita dikuasai perasaan-perasaan seperti takut, kehampaan, kekosongan, serba-salah, hilang arah tujuan, tidak damai dan gelisah. Jika kita mengejar dosa secara aktif, ini menunjukkan kita sudah dikuasainya, bahwa kita sedang mengejar tabiat-tabiat yang memusnahkan kita, yang merupakan tanda bahwa kita sudah dijangkiti penyakit. Tetapi ada juga di antara kita yang menolak jalan Allah, dengan cara ini kita telah mengangkat diri kita sebagai Allah, contohnya sebagai penentu dalam apa yang betul dan salah.

Kebanyakan orang coba berdalih tentang dosa. Mereka lebih senang berfikir bahwa dosa mereka itu hanya satu kesalahan atau kesilapan. Banyak orang tidak percaya manusia itu berdosa, tetapi menganggap manusia pada umunya adalah baik. Jika ini pandangan anda, saya berharap ayat-ayat firman Tuhan yang telah tertera disini serta keterangan yang telah diberi setakat ini akan mencabar fahaman kamu.

Jika anda setuju bahwa manusia akan dihukum sesuai dengan dosa yang telah mereka lakukan, ayat-ayat berikut mungkin tidak perlu dibaca. Walaupun begitu adalah baik anda mengambil sedikit masa untuk memerhatikan apa yang tertulis dalam kitab-kitab suci Allah tentang hakikat ini.

Taurat

Apabila mereka berdosa kepadaMu – karena tidak ada manusia yang tidak berdosa – dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat.

(1 Raja-Raja 8:46)

Zabur

Sebab aku sendiri sedar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.”

(Mazmur 51:5)

Injil

Jika kita berkata, bahawa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.

(1 Yohanes 1:8)

Al-Quran

Sesungguhnya untuk orang-orang yang aniaya ada sebahagian seksa, seumpama bahagian teman-temannya, maka janganlah mereka meminta segerakan (seksa itu). Maka celakalah bagi orang-orang kafir pada hari yang dijanjikan kepada mereka.

(Surah Az-Zariyaat 51:59-60)

Masing-masingnya Kami seksa, kerana dosanya; di antara mereka ada yang kami kirim kepadanya angin taufan (yang mengandungi pasir) dan di antara mereka ada yang diseksa oleh teriakan yang kuat (terus mati) dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan (dalam laut). Allah tiada menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

(Surah Al-Ankabuut 29:40)

Dua petikan dari Al-Quran ini mempunyai banyak maklumat tentang peralihan dari dosa ke penghukumannya. Surah Az-Zariyaat 51:59-60 menyatakan bahawa mereka yang jahat dan yang melakukan kejahatan akan dihukum. Kita tidak perlu mendesak Allah menghukum mereka kerana sudah disediakan satu hari yang dahsyat di mana Allah akan mulai menghukumi mereka. Dalam Surah Al-Ankabuut 29:40 kita melihat bahwa Allah akan menangkap setiap orang mengikut dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Ada di antara orang yang dinyatakan dalam ayat ini yang dilontar dengan batu dan yang lain dicengkam pelbagai jenis wabak penyakit. Ada yang ditelan oleh bumi, ada yang mati lemas. Kenyataan di sini ialah bahwa Allah akan mengambil tindakan ke atas dosa-dosa kita. Setiap orang akan dihukum Allah sesuai dengan perbuatannya, dan Allah tidak akan lalai apabila Dia menghukum manusia yang berdosa. Sebaliknya manusia yang berdosa menyalahkan dirinya sendiri dengan berdosa yang akhirnya akan menghasilkan akibat hukuman yang dahsyat.

Ada orang berkata bahwa tidak ada konsep dosa dalam Al-Quran. Akan tetapi ayat-ayat Al-Quran yang baru saja dibaca menafikan tuduhan itu. Ayat-ayat Al-Quran ini menekankan akibat-akibat dosa. Di sini saya huraikan beberapa lagi nas-nas dari Al-Quran untuk membantu anda memahami kebenaran ini bahawa semua manusia sudah pun dicemari dosa.

Al-Quran

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di atas bumi (Adam). Maka jawab mereka itu: Adakah patut Engkau jadikan di atas bumi orang yang akan berbuat bencana dan menumpahkan darah, sedang kami tasbih memuji Engkau dan menyucikan Engkau?

(Surah Al-Baqarah 2:30)

Dalam ayat ini Allah memberitahu malaikat-malaikat sebelum Taman Firdaus diciptakan bahawa Dia akan meletakkan seorang di atas bumi untuk mewakili Dia, iaitu manusia. “Apa?” jawab para malaikat.“Tetapi manusia akan memusnahkan dunia dengan dosa mereka.”

Al-Quran

Kemudian Adam memperoleh beberapa kalimat dari Tuhannya (ia minta ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat lagi Penyayang.

(Surah Al-Baqarah 2:37)

Keduanya berkata: Ya Tuhan Kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika tidak Engkau ampuni kesalahan kami dan tidak Engkau mengasihi kami tentulah kami orang yang merugi.

(Surah Al-Raaf 7:23)

Tidak ada satupun ayat-ayat tersebut yang menyatakan tentang perbuatan-perbuatan pahala yang akan menyelamatkan kita dari dosa kita. Ayat-ayat ini menyatakan kita berdosa dan jika Allah tidak mengampuni dan menyelamatkan kita, kita akan tanggung akibahnya buat selamanya. Hakikat dosa ini sudah jelas nampak di dalam Al-Quran. Ada orang menyatakan bahwa konon orang Kristen menciptakan konsep dosa ini supaya Isa Al-Masih diperlukan sebagai Penyelamat. Jauh sekali! Karena Nabi Muhammad sendiri menjadi saksi yang menentang hal tersebut :

Lalu keduanya memakan obat itu, maka kelihatanlah kemaluan (aurat) keduanya, lalu keduanya menutupinya dengan daun pohon kayu syurga. Dan Adam mendurhakai Tuhannya, lalu ia jahil (tersesat dan tercela).

(Surah Taahaa 20:121)

Sesungguhnya telah Kami unjukkan amanah ( perintah) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, lalu mereka enggan memikulnya dan takut menerimanya, kemudian amanah itu dipikul oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu aniaya lagi jahil (tiada berilmu lagi dicemari dosa).

(Surah Al-Ahzab 33:72)

Kedua-dua ayat ini mengesahkan penyataan Injil dalam Roma 3:23. Ayat-ayat di atas dengan jelas menekankan keadaan semua manusia yang tercemar dan berdosa. Mari kita perhatikan beberapa lagi ayat dari Al-Quran, kitab berautoriti umat Islam.

(Adat mereka itu) seperti ada keluarga Firaun dan orang2 yang sebelumnya. Mereka itu mendustakan ayat2 Kami lalu Allah menyeksa mereka, sebab dosanya dan Allah sangat keras siksaanNya.

(Surah Ali ‘Imran 3:11)

Lalu mereka ditimpa kejahatan (balasan) perbuatan mereka dan turunlah kepada mereka (seksaan) yang mereka perolok-olokkan.

(Surah An-Nahl 16:34)

Kedua-dua ayat ini menunjukkan bahawa dosa-dosa manusia adalah seperti alat ‘boomerang‘. Umat yang memasang perangkap jatuh dalam perangkap mereka sendiri. Dosa-dosa kita akan memerangkap kita. Jika tidak sungguh memahami hakikat dosa ini, dosa yang sama itu menghancurkan kehidupan kita.

Celakalah untuk tiap-tiap orang pembohong lagi berdosa. Ia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian ia tetap menyombongkan diri, seolah-olah ia tidak mendengarkannya. Maka berilah ia khabar dengan seksaan yang pedih.

(Surah Al-Jaatsiyah 45:7-8)

Sesudah membaca tulisan ini, saya harap anda sudah sedia untuk mengakui bahwa dosa itu satu kenyataan — suatu fakta yang mempengaruhi manusia sejagat. Mari kita perhatikan sejenak fakta dosa ini. Sebagai seorang Muslim, satu dimensi dosa yang dititik beratkan ialah kesucian atau mengelakkan diri dari apa-apa yang menajiskan. Sebagai seorang Muslim saya percaya anda sadar akan kepentingnya untuk hidup secara “bersih.” Tetapi seperti yang telah dinyatakan oleh Al-Masih Isa, yang lebih penting ialah supaya kita suci secara batin (dari dalam) (Injil, Matius 23:25-28) dan bukanlah pada hal-hal lahiriah (yang dapat dinampakkan dari luar) saja.

Pengajaran al-Masih Isa sangat menekankan kepada kebenaran di dalam batin; seseorang disebut pembunuh bukan ketika orang tersebut memenggal musuhnya dengan sebilah pedang, tetapi menurut al-Masih Isa, pembunuhan itu sudah pun berlaku saat perasaan kebencian dan dengki dirasakan terhadap seorang yang lain. Itulah takrifnya ‘Dosa’ menurut al-Masih Isa ibnu Maryam! Sehingga seorang manusia itu dapat melihat dirinya kotor dari dalam, maka dia tidak akan mempunyai kesadaran dosa yang sebenarnya, dan karena itu akan kurang yakin bahwa dia memerlukan keselamatan daripada Allah.

Apakah saudara dan saudari sedia mengakui bahwa anda memiliki pengaruh dosa di dalam hidupmu ? Jika anda mengakui pernah berdosa, ingin saya bertanya lagi: Apakah, menurut hemat anda, yang dapat mengobati semua akibat-akibat dosa-dosa itu?

"ALLAH MENCINTAI ORANG SABAR"


Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan
kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari
kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah
dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan,"Kedudukan sabar
dalam iman laksana kepala bag! seluruh tubuh. Apabila
kepala sudah terpotong maka tidak ada lag! kehidupan
di dalam tubuh. "^

Pengertian Sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah
berkata, "Sabar adalah meneguhkan diri dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari
perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari
perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir
Allah. ..."^

Macam-macam Sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah
berkata, "Sabar itu terbagi menjadi tiga macam :



^ Al Fawa'id, hal. 95.

' Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24



1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada
Allah

2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang
diharamkan Allah

3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah
yang dialaminya, berupa berbagai hal yang
menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar
kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari
orang lain^

Sebab meraih kemuliaan

Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa'di
rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk
menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau
menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih
itu semua adalah iman dan amal shalih.



Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan
bagian dari kedua perkara ini. Di antaranya adalah
kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan
berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal
ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta'ala,



Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24



"Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat"
(QS. Al Baqarah [2] : 45).

Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal
sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian.
Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih
kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta'ala berfirman
kepada penduduk surga, "Keselamatan atas kalian berkat
kesabaran kalian" (QS. Ar Ra'd [13] : 24).

Allah juga berfirman, "Mereka itulah orang-orang yang
dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga)
dengan sebab kesabaran mereka" (QS. Al Furqaan [25] :
75).

Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai
sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu
kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman
Allah ta'ala, "Dan Kami menjadikan di antara mereka
(Bani Isra'il) para pemimpin yang memberikan petunjuk
dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan
meyakini ayat-ayat Kami" (QS. As Sajdah [32] : 24)."

Lihat Taisir Lathifil Mannaan, hal. 375

SABAR DALAM KETAATAN

Sabar dalam menuntut ilmu

Syaikh Nu'man mengatakan,"Betapa banyak gangguan
yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha
menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan
rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan
tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya
menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-
pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan
serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.



Semoga Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang
pernah mengatakan,"llmu itu tidak akan didapatkan
dengan banyak mengistirahatkan badan" sebagaimana
tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang
seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang
yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang
hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya
menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali



orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran
dari Allah."=

Sabar dalam mengamalkan ilmu

Syaikh Nu'man mengatakan,"Dan orang yang ingin
beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam
menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila
dia melaksanakan ibadah kepada Allah menuruti syari'at
yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida'
wal ahwaa' yang menghalangi di hadapannya, demikian
pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali
ajaran warisan nenek moyang mereka.

Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya,
dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan
terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang
ini berada di zaman dimana orang yang berpegang
teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang
menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai
penolong bagi kita, Dia lah sebaik-baik penolong"^



' Taisirul wushul, hal. 12-13
*" Taisirul wushul, hal. 13



Sabar dalam berdakwah

Syaikh Nu'man mengatakan,"Begitu pula orang yang
berdakwah mengajak kepada agama Allah harus
bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena
sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah
menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin
Naufal mengatakan kepada Nab! kita shallallahu 'alaihi
wa sallam,"Tidaklah ada seorang pun yang datang
dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa
melainkan pasti akan disakiti orang".



Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya
para da'i pengajak kesyirikan tegak di hadapannya,
begitu pula para pengikut dan orang-orang yang
mengenyangkan perut mereka dengan cara itu.
Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As
Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bid'ah dan
hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan
dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya
para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta
orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok
mereka.



Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi
dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari
kesyirikan, bid'ah dan kemaksiatan yang selama ini
mereka tekuni"'

Sabar dan kemenangan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah
berkata, "Allah ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya,"Dan
sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka
mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap
mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah
pertolongan Kami" (QS. Al An'aam [6] : 34).



Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin
dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah
pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat
seseorang (da'i) masih hidup saja sehingga dia bisa
menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi
yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat
sesudah kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan
hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya
serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu



^ Taisiml wushul, hal. 13-14



termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da'i ini
meskipun dia sudah mati.

Maka wajib bagi para da'i untuk bersabar dalam
melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam
menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam
menjalani agama Allah yang sedang didakwahkannya
dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi
rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya.
Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu
'alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan
perbuatan sekaligus.



Allah ta'ala berfirman yang artinya,"Demikianlah,
tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum
mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, 'Dia
adalah tukang sihir atau orang gila'." (QS. Adz Dzariyaat
[51] : 52). Begitu juga Allah 'azza wa jalla berfirman,
"Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada
musuh yang berasal dari kalangan orang-orang
pendosa" (QS. Al Furqaan [25] : 31). Namun, hendaknya



para da'i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu
semua..."*

Sabar di atas Islam

Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu
'anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam
meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar
oleh majikannya di atas padang pasir yang panas^
Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan
yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya.
Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji
sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di
jalan Allah^°.

Lihatlah keteguhan Sa'ad bin Abi Waqqash
radhiyallahu'anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk
meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah
mogok makan dan minum bahkan tidak mau
mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas
Sa'ad bin Abi Waqqash mengatakan, "Wahai Ibu, demi



' Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24

' Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122

^° Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122-123



10



Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian
satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan
meninggalkan agama ini..." " Inilah akidah, inilah
kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh
menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan
topan kehidupan.

Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang
menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan
harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta,
kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan
makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan
yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama
pembela dakwah tauhid di masa silam.

Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang
bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada
yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang
sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali
itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan
mereka.



Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133



11



Ingatlah firman Allah ta'ala yang artinya,"Dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai
seorang muslim." (QS. AM 'Imran [3] : 102).

Ingatlah juga janji Allah yang artinya,"Barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan
keluar dan Allah akan berikan rezki kepadanya dari jalan
yang tidak disangka-sangka." (QS. Ath Thalaq [65] : 2-
3).

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya
datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran.
Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keuar. Bersama
kesusahan pasti akan ada kemudahan." (HR. Abdu bin
Humaid di dalam Musnadnya [636]^^ dan Al Haakim
dalam Mustadrak 'ala Shahihain, 111/624'').



^- Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148.

" Syarh Arba'in Ibnu 'Utsaimin, hal. 200.



12



SABAR MENJAUHI MAKSIAT

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali
mengatakan/'Bersabar menahan diri dari kemaksiatan
kepada Allah, sehingga dia berusaha menjauhi
kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan
akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya. Dan
tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena
disebabkan kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu
dikabarkan oleh Allah 'azza wa jalla di dalam muhkam Al
Qur'an.

Di antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh Allah ke
dalam lautan, adapula yang binasa karena disambar
petir, adapula yang dimusnahkan dengan suara yang
mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang
dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi, dan ada
juga di antara mereka yang dirubah bentuk fisiknya
(dikutuk)."

Pentahqiq kitab tersebut memberikan catatan, "Syaikh
memberikan isyarat terhadap sebuah ayat, "Maka
masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan
dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami



13



timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara
mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur,
dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam
bumi, dan di antara mereka ada yang kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri." (QS. Al 'Ankabuut [29] :
40).

"Bukankah itu semua terjadi hanya karena satu sebab
saja yaitu maksiat kepada Allah tabaaraka wa ta'aala.
Karena hak Allah adalah untuk ditaati tidak boleh
didurhakai, maka kemaksiatan kepada Allah merupakan
kejahatan yang sangat mungkaryang akan menimbulkan
kemurkaan, kemarahan serta mengakibatkan turunnya
siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu macam
kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari
perbuatan maksiat kepada Allah. Janganlah
mendekatinya.

Dan apabila seseorang sudah terlanjur terjatuh di
dalamnya hendaklah dia segera bertaubat kepada Allah
dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta
ampunan dan menyesalinya di hadapan Allah. Dan



14



hendaknya dia mengikuti kejelekan-kejelekannya
dengan berbuat kebaikan-kebaikan. Sebagaimana
difirmankan Allah 'azza wa jalla,"Sesungguhnya
kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kejelekan-
kejelekan" (QS. Huud [11] : 114). Dan juga sebagaimana
disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Dan
ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu
akan menghapuskannya" (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al
Albani dalam MisykatuI Mashaabih 5043)..."'"



' Thariqul wushul, hal. 15-17



15



SABAR MENERIMA TAKDIR

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali
mengatakan,"Macam ketiga dari macam-macam
kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan
keputusan Allah serta hukum-Nya yang terjadi pada
hamba-hamba-Nya. Karena tidak ada satu gerakanpun
di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian
atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya.
Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai
musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan
nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan
takdir yang berjalan menurut ketentuan Allah di alam
semesta..."'^

Sabar dan Tauhid

Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullahu ta'ala membuat sebuah
bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul,"Bab
Minal iman billah, ash-shabru 'ala aqdarillah" (Bab



^' Thariqul wushul, hal. 15-17



16



Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk
cabang keimanan kepada Allah)

Syaikh Shalih bin Abdul 'Aziz Alusy Syaikh
hafizhahullahu ta'ala mengatakan dalam penjelasannya
tentang bab yang sangat berfaedah ini,"Sabar tergolong
perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam
agama). la termasuk salah satu bagian ibadah yang
sangat mulia. la menempati relung-relung hati, gerak-
gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan
hakekat penghambaan yang sejati tidak akan terrealisasi
tanpa kesabaran.

Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari'at
(untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan
syari'at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa
juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang
ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau
bersabar ketika menghadapinya.

Hakekat penghambaan adalah tunduk melaksanakan
perintah syari'at serta menjauhi larangan syari'at dan
bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang
dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa 'ala



17



untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian
ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui
sarana keputusan takdir.

Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama
adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah jalla
wa 'ala kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam di
dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari 'lyaadh
bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda "Allah ta'ala berfirman
"Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji
dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu"."

Maka hakekat pengutusan Nabi 'alaihish shalaatu was
salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian
jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya.
Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul
iaiah dengan bentuk perintah dan larangan.

Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja
dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan
berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu
pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang
menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran.



18



Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan,
"Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat
taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar
tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan"

Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup
bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun
membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah
merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka
menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari
kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang
harus ditunaikan oleh hamba, sehingga la pun bersabar
menanggung ketentuan takdir Allah.

Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang
banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka
mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah.
Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk
menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib
dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa
menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin
memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka
menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan
hukumnya juga wajib.



19



Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab
mengatakan, "Qutila fulan shabran" (artinya si polan
dibunuh dalam keadaan "shabr") yaitu tatkala dia berada
dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa
ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti
makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar'i.

la disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung
penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan
hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota
badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam
bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain
dan semacamnya. Maka menurut istilah syari'at sabar
artinya : Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati
dari marah dan menahan anggota badan dari
menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek
sesuatu dan tindakan lain semacamnya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata,"Di dalam Al Qur'an
kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar
adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala
bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran
dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran
untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala



20



tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan
banyak sekali bagian keimanan"

Perkataan beliau "Bab Minal imaan, ash shabru 'ala
aqdaarillah" artinya : salah satu ciri karakteristik iman
kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi
takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-
cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-
cabang.

Maka dengan perkataan "Minal imaan ash shabru" beliau
ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk
salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan
penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi
mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran.
Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi
dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah
cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan
sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir
Allah yang terasa menyakitkan"^^



'AtTamhiid,hal.389-391



21



Hukum merasa ridha terhadap musibah

Syaikh Shalih Alusy Syaikh hafizhahullahu ta'ala
menjelaskan, "Hukum merasa ridha dengan adanya
musibah adalah mustahab (sunnah), bukan wajib. Oleh
karenanya banyak orang yang kesulitan membedakan
antara ridha dengan sabar. Sedangkan kesimpulan yang
pas untuk itu adalah sebagai berikut. Bersabar
menghadapi musibah hukumnya wajib, dia adalah salah
satu kewajiban yang harus ditunaikan. Hal itu
dikarenakan di dalam sabar terkandung meninggalkan
sikap marah dan tidak terima terhadap ketetapan dan
takdir Allah.

Adapun ridha memiliki dua sudut pandang yang
berlainan :

Sudut pandang pertama : terarah kepada perbuatan
Allah jalla wa 'ala. Seorang hamba merasa ridha terhadap
perbuatan Allah yang menetapkan terjadinya segala
sesuatu. Dia merasa ridha dan puas dengan perbuatan
Allah. Dia merasa puas dengan hikmah dan
kebijaksanaan Allah. Dia merasa ridha terhadap
pembagian jatah yang didapatkannya dari Allah jalla wa



22



'ala. Rasa ridha terhadap perbuatan Allah in! termasuk
salah satu kewajiban yang harus ditunaikan.
Meninggalkan perasaan itu hukumnya haram dan
menafikan kesempurnaan tauhid (yang harus ada).

Sudut pandang kedua : terarah kepada kejadian yang
diputuskan, yaitu terhadap musibah itu sendiri. Maka
hukum merasa ridha terhadapnya adalah mustahab.
Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridha dengan
sakit yang dideritanya. Bukan kewajiban atas hamba
untuk merasa ridha dengan sebab kehilangan anaknya.
Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridha dengan
sebab kehilangan hartanya. Namun hal ini hukumnya
mustahab (disunnahkan).

Oleh sebab itu dalam konteks tersebut (ridha yang
hukumnya wajib) Alqamah mengatakan,"Ayat ini
berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah
dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi
Allah maka diapun merasa ridha" yakni merasa puas
terhadap ketetapan Allah "dan ia bersikap pasrah".
Karena ia mengetahui musibah itu datangnya dari sisi



23



(perbuatan) Allah jalla jalaaluhu. Inilah salah satu ciri
keimanan"^'

Sabar dan Syukur

Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinaan radhiyallahu 'anhu,
beliau mengatakan,"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda, "Sungguh menakjubkan urusan
orang yang beriman, semua urusannya adalah baik.
Tidaklah hal itu didapatkan kecuali pada diri seorang
mukmin. Apabila dia tertimpa kesenangan maka
bersyukur. Maka itu baik baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar. Maka itu pun
baik baginya." (HR. Muslim)

Syaikh Al 'Utsaimin menjelaskan bahwa manusia dalam
menghadapi takdir Allah yang berupa kesenangan dan
kesulitan terbagi menjadi dua, yaitu kaum beriman dan
kaum yang tidak beriman.

Adapun orang yang beriman bagaimanapun kondisinya
selalu baik baginya. Apabila dia tertimpa kesulitan maka
dia bersabar dan tabah menunggu datangnya jalan



' At Tamhhd, hal. 392-393



24



keluar dari Allah serta mengharapkan pahala dengan
kesabarannya itu. Dengan demikian dia memperoleh
pahala orang-orang yang sabar. Maka in! balk baginya.

Sedangkan apabila seorang mukmin menerima nikmat
diniyah maupun duniawiyah maka dia bersyukur yaitu
dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah. Karena
syukur bukan saja mencakup ucapan syukur di mulut
saja, akan tetapi harus dilengkapi dengan melaksanakan
berbagai ketaatan kepada Allah. Sehingga orang yang
beriman memiliki dua nikmat ketika mengalami
kesenangan yaitu nikmat dunia dengan merasa senang
dan nikmat diniyah dengan bersyukur. Sehingga inipun
baik bagi dirinya.

Adapun orang kafir, mereka berada dalam keadaan yang
buruk sekali, wal 'iyaadzu billaah. Apabila tertimpa
kesulitan mereka tidak mau bersabar, bahkan tidak mau
terima, memprotes takdir, mendo'akan kebinasaan,
mencela masa dan caci maki lainnya.

Sedangkan apabila mendapatkan kesenangan dia tidak
bersyukur kepada Allah. Maka kesenangan yang dialami
oleh orang-orang kafir di dunia ini kelak di akhirat akan



25



berubah menjadi siksaan. Karena orang kafir itu tidaklah
menyantap makanan atau menikmati minuman kecuali
dia pasti mendapatkan dosa karenanya. Meskipun hal itu
bagi orang mukmin tidak dinilai dosa, akan tetapi lain
halnya bagi orang kafir.

Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah ta'ala yang
artinya,"Katakanlah Siapakah yang mengharamkan

perhiasan Allah dan rezki yang baik-baik yang
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya. Katakanlah :
itu semua adalah untuk orang-orang yang beriman di
dalam kehidupan dunia yang akan diperuntukkan untuk
mereka saja pada hari kiamat" (QS.AI A'raaf [7] : 32).

Sehingga semua rezki tersebut diperuntukkan bagi kaum
beriman saja pada hari kiamat nanti. Adapun orang-
orang yang tidak beriman maka nikmat itu bukan
menjadi hak mereka. Mereka memakannya padahal itu
haram bagi mereka dan pada hari kiamat nanti mereka
akan disiksa karenanya. Sehingga bagi orang kafir
kesenangan maupun kesulitan adalah sama-sama
buruknya, wal 'iyaadzu billaah."



'' Lihat Syarh Riyadhush Shalihm, 1/107-108



26



Hikmah di balik musibah

Dari Anas, beliau berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, "Apabila Allah menginginkan
kebaikan bag! hamba-Nya, maka Allah segerakan
hukuman atas dosanya di dunia. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan pada hamba-Nya maka Allah
tahan hukuman atas dosanya itu sampai dibayarkan di
saat hari kiamat" (Hadits riwayat At Tirmidzi dengan
nomor 2396 di dalam Az Zuhud. Bab tentang kesabaran
menghadapi musibah. Beliau mengatakan ; hadits ini
hasan gharib. la juga diriwayatkan oleh Al Haakim dalam
Al Mustadrak (1/349, 4/376 dan 377). la tercantum
dalam Ash Shahihah karya Al Albani dengan nomor
1220)

Syaikhul Islam mengatakan, "Datangnya musibah-
musibah itu adalah nikmat. Karena ia menjadi sebab
dihapuskannya dosa-dosa. la juga menuntut kesabaran
sehingga orang yang tertimpanya justru diberi pahala.
Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan
merendahkan diri di hadapan Allah ta'ala serta
memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama
makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang



27



muncul karenanya. Musibah itu sendiri dijadikan oleh
Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan.
Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. Maka
seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat
dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila
musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah
menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar
daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa.
Apabila itu yang terjadi maka ia menjadi keburukan
baginya, bila ditilik dari sudut pandang musibah yang
menimpa agamanya."

"Sesungguhnya ada diantara orang-orang yang apabila
mendapat ujian dengan kemiskinan, sakit atau terluka
justru menyebabkan munculnya sikap munafiq dan
protes dalam dirinya, atau bahkan penyakit hati,
kekufuran yang jelas, meninggalkan sebagian kewajiban
yang dibebankan padanya dan malah berkubang dengan
berbagai hal yang diharamkan sehingga berakibat
semakin membahayakan agamanya. Maka bagi orang
semacam ini kesehatan lebih baik baginya. Hal ini bila
ditilik dari sisi dampak yang timbul setelah dia
mengalami musibah, bukan dari sisi musibahnya itu
sendiri. Sebagaimana halnya orang yang dengan



28



musibahnya bisa melahirkan sikap sabar dan tunduk
melaksanakan ketaatan, maka musibah yang menimpa
orang semacam ini sebenarnya adalah nikmat diniyah.
Musibah itu sendiri terjadi dengan perbuatan Rabb 'azza
wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan
Allah ta'ala maha terpuji karena perbuatan-Nya tersebut.
Barangsiapa yang diuji dengan suatu musibah lantas
diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah
nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus
karenanya maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih
sayang dari Allah).

Dan apabila dia memuji Rabbnya atas musibah yang
menimpanya niscaya dia juga akan memperoleh pujian-
Nya. "Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian
(shalawat) dari Rabb mereka dan memperoleh curahan
rahmat" (QS. Al Baqarah [2] : 156) Ampunan dari Allah
atas dosa-dosanya juga akan didapatkan, begitu pula
derajatnya pun akan terangkat. Barangsiapa yang
merealisasikan sabar yang hukumnya wajib ini niscaya
dia akan memperoleh balasan-balasan tersebut" Selesai
perkataan Syaikhul Islam, dengan ringkas^^



' Lihat Fathul Majiid, hal. 353-354



29



Do'a apabila tertimpa musibah

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun, Allahumma'jurnii
fii mushiibatii wa ahklif Mi khairan minhaa

Artinya : Sesungguhnya kita adalah milik Allah. Dan kita
pasti akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berikanlah
ganjaran pahala atas musibah hamba. Dan gantikanlah ia
dengan sesuatu yang lebih baik darinya. (HR. Muslim,
2/632. lihat Hishnul Muslim, hal. 96-97)

Pertanyaan : Apabila ada seseorang yang terkena suatu
penyakit atau tertimpa suatu bencana yang berakibat
buruk bagi diri atau hartanya, lalu bagaimanakah cara
untuk mengetahui bahwa bencana itu merupakan ujian
ataukah kemurkaan dari sisi Allah ?

Syaikh Abdul 'Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah
menjawab, "Allah 'azza wa jalla menguji hamba-hamba-
Nya dengan bentuk kesenangan dan kesulitan, dengan
kesempitan dan kelapangan. Terkadang dengan hal itu
Allah menguji mereka supaya bisa menaikkan derajat
mereka serta meninggikan sebutan mereka dan juga
demi melipatgandakan kebaikan-kebaikan mereka. Yang



30



demikian itu sebagaimana yang dialami oleh para Nabi
dan Rasul 'alaihimush shalatu was salaam, dan juga para
hamba Allah yang shalih. Sebagaimana sudah
disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi,
kemudian diikuti oleh orang-orang lain yang berada
dibawah tingkatan mereka."

Dan terkadang Allah juga menimpakan hal itu
disebabkan oleh perbuatan-perbuatan maksiat dan
dosa-dosa (yang mereka lakukan). Sehingga dengan
demikian maka bencana itu merupakan hukuman yang
disegerakan, sebagaimana tercantum dalam firman Allah
Yang Mahasuci yang artinya, "Dan musibah apapun yang
menimpa kalian maka itu terjadi karena ulah perbuatan
tangan-tangan kalian, dan Allah memaafkan banyak
kesalahan orang." (QS. Asy Syura [42] : 30).

Adapun kondisi sebagian besar umat manusia yang ada
iaiah fenomena taqshir/meremehkan dan tidak
menunaikan kewajiban yang telah dibebankan. Oleh
karena itu musibah yang menimpa dirinya maka itu
sesungguhnya timbul dikarenakan dosa-dosa yang



31



diperbuatnya serta kekurangannya sendiri dalam
menjalankan perintah Allah.

Sedangkan apabila yang mengalami musibah adalah
termasuk golongan hamba Allah yang shalih, entah
berupa penyakit tertentu ataupun musibah yang lainnya,
maka sesungguhnya hal ini termasuk kategori ujian yang
diberikan kepada kalangan para Nabi dan Rasul dalam
rangka mengangkat derajat serta membesarkan balasan
pahalanya. Dan juga dia bisa menjadi contoh untuk
orang lain dalam hal kesabaran dan keyakinannya untuk
berharap pahala. Sehingga hasil yang ingin diraih
dengan sebab terjadinya musibah iaIah terangkatnya
derajat, peningkatan pahala, sebagaimana halnya
musibah yang ditetapkan oleh Allah menimpa para Nabi
dan sebagian orang yang baik/shalih.

Dan bisa juga hal itu terjadi demi menghapuskan dosa
kesalahan-kesalahan, sebagaimana tercantum dalam
firman Allah ta'ala yang artinya, "Barangsiapa yang
melakukan kejelekan pasti akan dibalas." (QS. An Nisaa'
[4] : 123).



32



Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda/Tidaklah ada
sebuah kesusahan, kekalutan, keletihan, penyakit,
kesedihan maupun gangguan yang menimpa seorang
mukmin melainkan Allah past! menghapuskan sebagian
dosa kesalahan-kesalahannnya, bahkan sampai duri
yang menusuk bagian tubuhnya." Dan sabda beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam,"Barangisapa yang
diinginkan baik oleh Allah maka pasti Dia timpakan
musibah kepadanya.".

Namun terkadang bisajuga hal itu merupakan hukuman
yang disegerakan disebabkan perbuatan-perbuatan
maksiat yang dilakukan dan kelambatan diri dalam
bertaubat. Hal itu sebagaimana diceritakan di dalam
sebuah hadits dari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
Nabi bersabda/'Apabila Allah menghendaki kebaikan
bagi hamba-Nya maka Allah segerakan hukuman
baginya di alam dunia. Sedangkan apabila Allah
menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Allah
menahan hukuman atas dosa itu hingga terbayarkan
kelak pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi, dinilainya
hasan).'"



^° Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah juz 4, diterjemahkan
dari website beliau



33



Marah saat tertimpa musibah ?

Pertanyaan : Apa hukumnya orang yang marah tatkala
tertimpa musibah ?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
menjawab, "Orang ketika menghadapi musibah terbagi
dalam empat tingkatan :

Tingkatan Pertama : Marah.

Tingkatan ini meliputi beberapa macam keadaan :
Kondisi pertama; ia menyimpan perasaan marah di
dalam hati kepada Allah. Sehingga dia pun menjadi
marah terhadap apa yang sudah diputuskan Allah. Hal ini
adalah haram. Bahkan terkadang bisa menjerumuskan
pelakunya ke dalam kekafiran. Allah ta'ala berfirman
yang artinya, "Di antara manusia ada orang yang
menyembah Allah di pinggiran. Apabila dia tertimpa
kebaikan diapun merasa tenang. Dan apabila dia
tertimpa ujian maka diapun berbalik ke belakang, hingga
rugilah dia dunia dan akhirat." (QS. Al Hajj [22]: 11).



34



Kondisi kedua; kemarahannya diekspresikan dengan
ucapan. Seperti dengan mendo'akan kecelakaan dan
kebinasaan atau ucapan semacamnya, ini juga haram.

Kondisi lterekspresikan dengan tindakan anggota badan. Seperti
dengan menampar-nampar pipi, merobek-robek kain
pakaian, mencabuti rambut dan perbuatan semacamnya.
Perbuatan ini semua haram hukumnya dan meniadakan
sifat sabar yang wajib ada.

Tingl
Hal ini sebagaimana digambarkan oleh seorang penyair
dalam syairnya,

Sabar itu memang seperti namanya

Pahit kalau baru dirasa

Tapi buahnyayang ditunggu-tunggu
Jauh lebih manis daripada madu

Dia melihat bahwa musibah ini adalah sesuatu yang
sangat berat akan tetapi dia tetap bisa tabah dalam
menanggungnya. Dia merasa tidak senang atas
kejadiannya. Namun imannya masih bisa menjaganya



35



untuk tidak marah. Sehingga terjadi atau tidaknya
musibah itu masih terasa berbeda baginya. Dan hal ini
adalah tingkatan yang wajib. Sebab Allah ta'ala telah
memerintahkan untuk bersabar. Allah berfirman yang
artinya, "Bersabarlah kalian. Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al AInfaal [8] :
46).

Tingl
Yaitu seseorang bisa merasa ridha dengan musibah yang
menimpanya. Sehingga ada dan tidaknya musibah adalah
sama saja baginya. Dia tidak merasakannya sebagai
sebuah beban yang sangat berat. Ini adalah tingkatan
yang sangat dianjurkan/mustahab, dan bukan hal yang
wajib menurut pendapat yang kuat. Perbedaan antara
tingkatan ini dengan tingkatan sebelumnya cukup jelas.
Yaitu; karena dalam tingkatan ini ada tidaknya musibah
itu terrasa sama saja dalam hal keridhaan terhadapnya.
Adapun dalam tingkatan sebelumnya terjadinya musibah
itu masih dirasakan sebagai sesuatu yang sukar baginya,
namun dia masih tetap bersabar.



36



Tingkatan Keempat : Bersyukur

Inilah tingkatan yang tertinggi. Yaitu dengan justru
bersyukur kepada Allah atas musibah yang menimpanya.
Dia sadar bahwa pada hakikatnya musibah adalah faktor
penyebab terhapusnya dosa-dosanya, bahkan terkadang
bisa menjadi sumber penambahan amal kebaikannya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tiada
sebuah musibahpun yang menimpa seorang muslim,
kecuali pasti Allah hapuskan (dosanya) dengan sebab
musibah itu, bahkan sekalipun duri yang menusuknya."
(HR. Bukhari (5640) dan Muslim (2572)). ''



'^ Diterjemahkan dengan penyesuaian redaksional dari Fatawa
Arkanil Islam, hal. 126-127



37



BALASAN BAGI ORANG YANG SABAR

Allah ta'ala berfirman yang artinya,"Sungguh Kami akan
menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan serta
kekurangan harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Maka
berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.
Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah
mereka mengatakan,"Sesungguhnya kami ini berasal dari
Allah, dan kami juga akan kembali kepada-Nya". Mereka
itulah orang-orang yang akan mendapatkan ucapan
shalawat (pujian) dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang memperoleh hidayah" (QS. Al Baqarah
[2] : 155-157).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah
berkata di dalam kitab tafsirnya, "Ayat ini menunjukkan
bahwa barangsiapa yang tidak bersabar maka dia berhak
menerima lawan darinya, berupa celaan dari Allah,
siksaan, kesesatan serta kerugian. Betapa jauhnya
perbedaan antara kedua golongan ini. Betapa kecilnya
keletihan yang ditanggung oleh orang-orang yang sabar
bila dibandingkan dengan besarnya penderitaan yang



38



harus ditanggung oleh orang-orang yang protes dan
tidak bersabar..."^^

Allah ta'ala juga berfirman yang artinya,"Sesungguhnya
balasan pahala bag! orang-orang yang sabar adalah
tidak terbatas" (QS. Az Zumar [39] : 10).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah
berkata di dalam kitab tafsirnya,"Ayat ini berlaku umum
untuk semua jenis kesabaran. Sabar dalam menghadapi
takdir Allah yang terasa menyakitkan, yaitu hamba tidak
merasa marah karenanya. Sabar dari kemaksiatan
kepada-Nya, yaitu dengan cara tidak berkubang
didalamnya. Bersabar dalam melaksanakan ketaatan
kepada-Nya, sehingga diapun merasa lapang dalam
melakukannya.

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar
pahala untuk mereka yang tanpa hitungan, artinya tanpa
batasan tertentu maupun angka tertentu ataupun ukuran
tertentu. Dan hal itu tidaklah bisa diraih kecuali
disebabkan karena begitu besarnya keutamaan sifat
sabar dan agungnya kedudukan sabar di sisi Allah, dan



■ Taisir Karimir Rahman, hal. 76



39



menunjukkan pula bahwa Allahlah penolong segala
urusan"^^

Surga bagi orang yang sabar

Allah ta'ala berfirman yang artinya, "(yaitu) Syurga 'Adn
yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan
orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-
isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan) "Salamun 'alaikum bima

shabartum" (Keselamatan atas kalian sebagai balasan
atas kesabaran kalian). Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu. Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu." (QS. Ar Ra'd : 23-24).

Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi
wa shahbihi wa sallam.

Selesai disusun ulang, Kamis 8/1/1428
Abu Mushlih Al Jukjakarti

Semoga Allah mengampuninya



' Taisir Karimir Rahman, hal. 721

Disusun oleh
Abu Mushlih Al Jukjakarti
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...