Tahukah anda komoditas yang harganya sedang melambung ini bukan tanaman asli Indonesia? Berikut sejarah keberadaan cabai.
Sejarah cabai erat kaitannya dengan ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Colombus pada 1492. Suku Indian yang pribumi benua tersebut, ternyata memanfaatkan cabai yang diperkirakan sejak tahun 5.000 SM.
Colombus pun membawanya pulang ke Eropa sebagai oleh-oleh. Ternyata, tanaman ini menjadi favorit dan perkembangannya begitu pesat. Dalam waktu setengah abad, cabai sudah sampai ke Afrika, India, Timur Tengah, Balkan, China, Asia dan termasuk Indonesia.
Hal ini berkat jasa para pedagang Portugis. Mereka mengembara ke seluruh penjuru dunia. Cabai pun menyevar dengan cepat dan diterima sebagai tanaman yang bisa dikonsumsi. Bahkan disejumlah daerah, Cabai adalah makanan wajib pembangkit selera makan.
Sejak dikenalkan, orang India mengembangkan tiga subspesies cabai dalam waktu setengah abad. Sementara suku Indian di Amerika hanya mampu mengembangkan empat subspesies selama 6.500 tahun mengenai cabai.
India kini menjadi produsen cabai dunia karena memproduksi lebih dari satu juta ton cabai setiap tahunnya. Pusatnya adalah Pantai Malabar di India yang telah beroperasi sejak dikenalkan cabai oleh Colombus.
Begitulah perjalanan cabai hingga mendunia seperti sekarang dan digemari hampir semua orang. Fakta, cabai ternyata tidak saja pembangikit selera tapi juga mengandung vitamin c paling banyak, mengalahkan jeruk, agaknya menjadi salah satu pertimbangan orang menyukai cabai.
Jadi makanlah cabai banyak-banyak karena belum ada laporan orang mati karena pedasnya, tapi berhubung harganya melabung tinggi mendekati Rp100.000 per kilo, tampaknya Anda harus menahan diri untuk melakukan itu. [sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar