Senin, Februari 28, 2011

Kisah sufi pencerah hati

Ada seorang kakek yang tinggal di sebuah desa yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Desa yang tentram, tenang dan ramah penduduknya. Dia tinggal besama seorang cucu laki-lakinya yang masih belia, anak yang masih polos dan tapi sangat patuh dan menyayangi kakeknya.


Setiap pagi-pagi sekali, Sang Kakek duduk di belakang rumah untuk menikmati udara pagi sambil membaca Kitab Sucinya.
Sang cucu yang sering melihat kakeknya setiap pagi membaca Kitab Suci tergerak hatinya untuk meniru apa yang dilakukan kakeknya itu.

Suatu hari saat kakek sedang didapur cucunya bertanya, "Kakek, aku mencoba untuk membaca Kitab Suci ini seperti dirimu setiap pagi. Tetapi aku tidak memahaminya, dan seringkali apa yang harus kumengerti langsung terlupa begitu aku menutup Kitab Suci ini. Apa yang sebaiknya kulakukan??

Sang kakek terdiam sejenak sambil mengeluarkan sayuran dari dalam keranjang anyaman bambu yang masih tersisa setelah dijual dipasar tadi dan mulai menjawab, "Bawalah keranjang ini turun ke sungai dan bawakan aku sekeranjang air."

Cucu kakek itupun melakukan perintahnya, tetapi tentu saja air yang dibawanya bocor keluar sebelum ia sempat kembali ke rumah. Sang Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus bergerak agak cepat" dan menyuruh cucunya kembali ke sungai untuk mencoba kembali membawa air dalam keranjang. Kali ini sang cucu berlari dengan cepat, tetapi lagi-lagi keranjangnya telah kosong sebelum dia kembali ke rumah.

Sambil terenggah-enggah ia berkata kepada kakeknya bahwa tidak mungkin membawa air dalam keranjang, dan lalu dia malah pergi untuk mengambil ember. Kakeknya berkata," Aku tidak ingin seember air, aku menginginkan sekeranjang air."

Kamu hanya tidak berusaha lebih keras." Lalu Dia pergi ke jendela untuk melihat cucunya mencoba lagi. Saat ini cucunya tahu bahwa hal itu tidak masuk akal, tetapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa walaupun ia berlari secepat yang dia bisa, airnya akan selalu bocor keluar sebelum ia sampai kembali di rumah. Sang cucu itu kembali mengisi keranjang dengan air sungai dan berlari kencang, tetapi ketika ia mencapai kakeknya, keranjang itu telah kosong lagi.

Demikianlah yang terjadi berkali-kali. Sambil terenggah-enggah ia berkata, "Lihatlah Kek, ini sama sekali tidak ada gunanya!"

"Kamu pikir itu tidak ada gunanya?" kata kakeknya, "Lihatlah keranjang itu." Anak itu melihat keranjangnya dan untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa keranjangnya tampak berbeda. Keranjangnya berganti rupa dari keranjang tua yang sangat kotor menjadi keranjang yang bersih, di luar dan di dalamnya.

"Cucuku, itulah yang terjadi ketika kamu mau membaca Kitab Suci kita itu tiap hari. Kamu tidak memiliki kemampuan untuk mengingat semuanya, tetapi ketika kamu membacanya, tanpa engkau sadari kamu akan menjadi berubah, di luar dan di dalam. Itulah Perbuatan / Kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Itulah CAHAYA ILAHI" [sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...