Jumat, September 16, 2011

Berjalan Sambil Tidur (Sleepwalking)

Sleepwalking juga dikenal dengan sebutan somnabulisme, adalah suatu gangguan yang menyebabkan seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur. Paling umum terjadi pada anak antara usia 8 dan 12 tahun. Sleepwalking tidak menandakan adanya masalah kesehatan yang serius atau memerlukan pengobatan.

Namun, sleepwalking dapat terjadi di segala usia dan dapat menyebabkan perilaku bahkan berbahaya, seperti memanjat keluar jendela atau kencing di lemari atau kaleng sampah.

Gejala

Sleepwalking diklasifikasikan sebagai parasomnia, sebuah perilaku atau pengalaman yang tidak diinginkan selama tidur. Seseorang yang mengalami sleepwalking dapat mengalami:
  • Duduk di tempat tidur dan membuka matanya
  • Memiliki ekspresi mata sayu atau berkaca-kaca
  • Berkeliaran di sekitar rumah, mungkin membuka dan menutup pintu atau mematikan dan menghidupkan lampu
  • Melakukan aktivitas rutin, seperti berpakaian atau membuat snack, bahkan mengemudi mobil
  • Bicara atau bergerak dengan canggung
  • Menjerit, terutama jika juga mengalami mimpi buruk
  • Sulit dibangunkan ketika episode sleepwalking terjadi
Sleepwalking biasanya terjadi selama tidur nyenyak di awal malam, biasanya satu sampai dua jam setelah tertidur. Orang yang melakukan sleepwalking tidak akan ingat episode sleepwalking-nya di pagi hari. Sleepwalking umum terjadi pada anak-anak dan biasanya semakin hilang ketika remaja disebabkan jumlah tidur nyenyak yang menurun.  
 
Penyebab
  • Banyak faktor yang dapat berkontribusi dalam sleepwalking adalah:
  • Kurang tidur
  • Kelelahan
  • Stres
  • Kecemasan
  • Demam
  • Obat-obatan, seperti zolpidem (Ambien)
Sleepwalking kadang-kadang dikaitkan dengan kondisi yang mendasarinya yang mempengaruhi tidur seperti:[list][*]Kejang gangguan[*] Gangguan pernapasan, gangguan yang ditandai oleh pola pernapasan abnormal selama tidur, yang paling umum adalah apnea tidur obstruktif[*] Restless Leg Syndrome (RLS)[*] Migrain[*] Stroke[*]Kepala luka atau pembengkakan otak[*] Periode premenstruasi

Dalam kasus lain, penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang atau obat tertentu termasuk beberapa antibiotik, antihistamin, obat penenang dan pil tidur dapat memicu episode sleepwalking.

Perawatan dan obat-obatan

Biasanya tidak diperlukan pengobatan untuk sleepwalking. Jika Anda melihat anak Anda atau orang lain tidur sambil berjalan di rumah, tuntun dia kembali ke tempat tidur dengan lembut.

Sebenarnya tidak berbahaya jika dibangunkan, tapi dapat mengganggu. Ia mungkin bingung ketika terbangun mendapati dirinya tidak di tempat tidur. Pengobatan untuk orang dewasa dapat menggunakan hipnosis. Meskipun jarang, sleepwalking dapat diakibatkan obat, sehingga penanganan dengan pengobatan mungkin diperlukan.

Jika sleepwalking mengarah pada kantuk berlebihan di siang hari atau menimbulkan risiko cedera serius, dokter dapat merekomendasikan pengobatan. Penggunaan benzodiazepin atau antidepresan tertentu dalam jangka pendek dapat menghentikan episode sleepwalking. Jika sleepwalking dikaitkan dengan kondisi kesehatan medis atau mental, perawatan ditujukan pada masalah yang mendasar.

Dalam riset terbaru, para ahli telah menemukan satu hal penting di balik fenomena sleepwalking. Hasil penelitian terhadap empat generasi menunjukkan bahwa fenomena ini bisa jadi karena dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Tim peneliti dari Washington University memantau empat generasi keluarga yang mana 9 dari 22 anggota mereka mengidapsleepwalking. Setelah melakukan analisa DNA menggunakan sampel air liur, peneliti menemukan bahwa seluruh pengidap sleepwalking memiliki kecacatan pada kromosom 20, yang bisa diturunkan pada generasi berikutnya.

Menurut peneliti, dengan hanya memiliki satu salinan dari DNA yang tidak sempurna tersebut, seseorang dipastikan mengalami gangguan sleepwalking. Orang tua yang membawa gen ini, memiliki peluang 50-50 untuk menurunkannya pada anak mereka.

"Ada kemungkinan beberap jenis gen juga terlibat. Apa yang kami temukan adalah lokasi genetik pertama sleepwalking. Kami belum mengetahui gen-gen mana saja yang berkaitan dengan kromosom 20 yang bertanggung jawab.

Hingga kami menemukan gen, kita takkan tahu apakah ini berlaku untuk beberapa keluarga saja atau keluaraga besar pengidap sleepwalking. Dengan menemukan gen-gen ini, tentunya membantu menemukan cara pengobatan gangguan ini," ungkap Dr Christina Gurnett, pemimpin riset dari Washington University.

Sleepwalking diperkirakan dialami satu di antara 10 anak, dari satu di antara 50 orang dewasa. Jika seseorang mengalami kondisi ini pada malam hari, bagian primitif dari otaknya yakni batang otak menjadi aktif, sedangkan bagian otak yang mengendalikan kesadaran justru tidak aktif.

Alhasil, dalam kondisi tertidur mereka bisa duduk, berjalan-jalan dan bahkan menyelesaikan pekerjaan yang cukup rumit. Dalam kondisi tertidur, mereka dapat melakukan hal-hal yang sifatnya biasa, tetapi tak jarang pula ada yang menjadi 'liar' sehingga mencederai orang lain atau bahkan tertabrak di jalan raya.sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...